AKKUSATIV
Kata benda atau kata ganti dinamakan akkusativ apabila :
• Sebagai objek langsung dari sebuah kata kerja yang selalu memerlukan Akkusativ
1. Ich habe ein Auto
2. Wir hören einen Dialog
Berikut kata kerja yang selalu memerlukan objek Akkusativ :
anrufen , brauchen , begrϋβen , haben , essen , kennen lernen , lessen , sehen , kochen , bauen , pflanzen , erreichen , bitten , lieben , ärgern , machen , geben , verstehen , bekommen , besuchen , wundern , langweiligen , stöβen , pflϋgen , loben , beleidigen , beunruhigen , erschrecken , freuen , bereisten , verlassen , zerreiβen , zerbrechen , usw .
Ada beberapa kata sifat yang sering dipergunakan dengan objek akkusativ , antara lain :
• alt
• breit
• groβ
• hoch
• lang
• schwer
• gewohnt
• schuldig
Akkusativ juga memiliki fungsi-fungsi tertentu , contohnya :
1. menunjukkan waktu
misalnya dalam kalimat : Meine Tochter spielt den ganzen Tag im Garten .
‘ den ganzen Tag ‘ merupakan objek akkusativ yang menunjukkan waktu sang adik bermain di kebun .
2. untuk memberikan keterangan yang lebih detail tentang element yang lain dalam kalimat yang dinamakan ‘ keterangan tambahan ‘ (Apposition)
misalnya : Kennst du Madonna , die Sängerin ?
Keterangan tambahan yang dimaksud adalah die Sängerin . Dimana ‘die Sängerin‘ menerangkan lebih detail tentang Madonna . Bahwa Madonna adalah seorang penyanyi perempuan .
PRӒPOSITION MIT AKKUSATIV
Preposisi akkusativ digunakan jika terdapat gerakan atau jika benda tersebut bergerak / berpindah tempat . Akkusativ sendiri merupakan objek penderita dan posisinya berada setelah verben . Jika preposisi akkusativ mengenai sebuah benda yang disertai artikel maka artikel tersebut mengalami konjugasi sesuai dengan kasus akkusativ yang mengenainya . Berikut perubahan-perubahan artikel tersebut ( baik bestimmt maupun bestimmt ) :
Kasus Artikel Maskulin Feminin Neutral Plural
Nominativ Bestimmt der die das die
Unbestimmt ein eine ein -
Akkusativ Bestimmt den die das die
Unbestimmt einen eine ein -
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa artikel yang berubah hanyalah artikel maskulin . Dimana jika artikel bestimmt dari ‘ der ‘ berubah menjadi ‘ den ‘ dan untuk artikel unbestimmt dari ‘ ein ‘ berubah menjadi ‘ einen ‘ .
Preposisi akkusativ meliputi durch , ohne , gegen , um , fϋr , entlang , bis dan wider .Berikut contoh dan penjelasannya :
• durch (melalui )
Contohnnya : Meine Schwester und ich gehen durch den Park spazieren .
Preposisi ini memiliki fungsi , antara lain :
menunjukkan keterangan waktu
Er schaute durchs Fenster .
menerangkan sebuah sebab suatu kejadian
Sie hatte durch einen Unfall seinen rechten Arm verloren .
menunjukkan keterangan seperti dilaksanakannya suatu jalan cerita
Durch die Benutzung eines Notausgangs konnten sich die Bewohner retten .
menunjukkan keterangan tempat
Das ganze Jahr hindurch hat sie nichts von sich hören lassen .
• Ohne (tanpa)
Contohnya : Du fährst in die Schule ohne deinen Vater .
Preposisi ini kebanyakan digunakan tanpa artikel , jika tidak terdapat ketentuan atau tujuan yang tepat dan perlu , misalnya :
Ohne Auto können Sie diesen Ort nicht erreichen .
• Gegen (melawan atau berlawanan)
Contohnya : Ich nehme eine Tablette gegen Halsschmerzen .
Sama seperti preposisi-preposisi sebelumnya , ‘gegen’ juga memiliki fungsi-fungsi tertentu , antara lain :
Menunjukkan keterangan sebuah gerakan menuju arah tertentu
Sie fuhr mit hoher Geschwindigkeit gegen einen Baum .
Menunjukkan keterangan angka
Wir kommen gegen 23 Uhr oder erst gegen Mitternacht .
Menjelaskan sebuah penolakan atau sikap yang tidak bermusuhan
Ӓrzte sind gegen das Rauchen .
Menunjukkan sebuah perbandingan atau pertukaran
Gegen ihn bin ich ein Ӓnfanger .
Ihr habt die zehn Mark gegen drei Fϋnfmarkstϋcke eingetauscht .
• Um (mengelilingi)
Contohnya : Wir essen zusammen um den Esstisch .
Preposisi ini memiliki tiga fungsi dalam kalimat , diantaranya :
Menunjukkan keterangan tempat , meliputi tanpa pergerakan ( hanya mengelilingi dalam satu tempat ) dan dengan pergerakan pada sebuah garis lingkaran .
Um den Turm standen viele alte Bäumen .
Gehen Sie dort um die Ecke , da ist der Briefkasten .
Menunjukkan keterangan angka , meliputi waktu jam , keterangan waktu dan keterangan perubahan dari keterangan angka .
Um 7 Uhr beginnt die Tagesschau .
Um Weihnachen sind die Schaufenster hϋbsch dekoriert .
Die Temperatur ist um 6 Grad gestiegen .
Menunjukkan keterangan sebuah kehilangan .
Vier Menschen sind ias na Unfall ums Leben gekommen .
• Fϋr (untuk)
Contohnya : Ich kaufe die Tasche fϋr meine Tochter .
Dalam kalimat , preposisi ini memiliki arti tertentu . Contohnya :
Menerangkan sebuah ketertarikan pada sebuah bantuan atau pada alamat seseorang
Er gab eine Spende fϋr das Rote Kreuz .
Menerangkan sebuah usaha orang lain
Sie hat schon fϋr alle bezahlt .
Menunjukkan keterangan sebuah jangka waktu yang pasti
Hier bleiben wir fϋr immer .
Menunjukkan sebuah perbandingan
Fϋr einen Architekten ist das eine leichte Aufgabe .
Menunjukkan keterangan harga
Ich habe es fϋr 200 000 Mark bekommen .
Menunjukkan giliran untuk subjek yang sama dan sebuah penguatan jika tidak diikuti artikel
Dasselbe geschieht Tag fϋr Tag , Jahr fϋr Jahr .
• Entlang (sepanjang)
Contohnya : Ich gehe die Straβe entlang .
‘Entlang’ dapat digunakan dengan verben sebagai trennbare verben , misalnya entlanggehen dan entlangrannen . Kedua verben ini menunjukkan pergerakan . Preposisi ini juga dapat digunakan bersama-sama dengan preposisi dativ seperti ‘an’ , dimana gabungan preposisi ini memiliki penjelasan sebuah arah panjang disamping sebuah batas tertentu , contohnya :
An der Mauer entlang warden Leitungen gelegt .
Selain itu , preposisi ‘entlang’ dapat digunakan dengan Genitiv seperti berikut :
Entlang des Weges standen Tausende von Menschen .
Preposisi ini sebenarnya memiliki fungsi menunjukkan keterangan sebuah arah yang panjang pada suatu jalan yang pasti , contohnya :
Das Schiff fuhr den Fluss entlang .
• Bis (sampai)
Contohnya : Gehen Sie von hier bis die Kreuzung .
Preposisi ini dapat digunakan tanpa artikel dan bersama-sama dengan preposisi lain . Jika digunakan tanpa artikel biasanya menunjukkan keterangan tempat atau waktu , keterangan angka atau menerangkan kata keterangan (adverb) yang lain berikut contohnya :
Bis Berlin sin des noch etwa 350 Kilometer .
Er will noch bis September warten .
Von 13 bis 15 Uhr geschlossen !
Aufwiedersehen , bis bald (bis nachher , bis spatter )
Lalu jika digunakan bersama dengan preposisi lain , maka preposisi kedua menentukan keterangan kasus yang mengikutinya , contohnya :
Bis + Preposisi Akkusativ : Wir gingen bis an den Rand des Abgrunds .
Bis + Preposisi Dativ : Bis zum Bahnhof will ich dich gern begleiten .
• Wider (bertentangan dengan atau anti )
Preposisi ini biasanya digunakan tanpa artikel , dan beberapa termasuk ‘feste Wendungen’ . Berikut contohnya :
Wider Erwarten hat er die Stellung bekommen .
Sie haben wider Willen zugestimmt .
WECHSELPRӒPOSITION
Wechselpräposition itu adalah preposisi yang bisa digunakan untuk kasus akkusativ dan dativ . Preposisi-preposisi ini antara lain :
• an
• auf
• hinter
• in
• neben
• ϋber
• unter
• vor
• zwischen
Preposisi-preposisi diatas dapat digunakan dalam kasus akkusativ jika menunjukkan pergerakan atau arah .
Wohin geht Angga ? Er geht auf den Balkon
Er geht an die Tϋr
Er geht in das Haus (bias disingkat menjadi ins Haus)
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa setelah preposisi auf , an , dan in diikuti akkusativ karena ketiganya menunjukkan suatu pergerakan atau suatu arah . Berikut contoh kalimat dari wechselpräposition yang dapat diikuti akkusativ :
• Er bringt Eva ins Bett
• Er geht ans Fenster
• Er tut die Bϋcher auf den Tisch
• Er geht unter die Brϋcke
• Es fliegt ϋber die Stadt
• Sie geht vor das Haus
• Sie gehen hinter das Haus
• Es fährt neben die Kirche
• Stell den Tisch zwischen den Schrank und das Bett
DAFTAR PUSTAKA
Dreyer & Schmitt. 1991. Lehr-und Übungsbuch der deutschen Grammatik-Verlag Fűr Deutsch : München
http://funwithbells.blogspot.com/2009/09/prapositionen-mit-akkusativ-preposisi.html
http://www.canoo.net/services/OnlineGrammar/Wort/Praeposition/Kasus/Akkusativ.html
Harmut Aufderstraβe. 2006 . Themen Neu Kursbuch 1 : Lehrwerk fϋr Deutch als Fremdesprache. Jakarta : Katalis .
Jumat, 04 Juni 2010
Jumat, 28 Mei 2010
tugas tugas dan tugas
baru tau rasanya kulia beneran semester ini . . Tugas kya sumber mata air, satu ilang tiga muncul lagi . . smua kya air . .
Eng gni ya jadi anak kuliahan , selalu memadu cinta dengan tugas , dosen (kadang masuk kadang engga tapi tetep eksis ngasi tugas) ma tmen2 kulia iang lma2 sering geger gara-gara si tugas itu . .
Ya . . itulah tugas kya sinetron cinta fitri , tak ada hentinya .
Eng gni ya jadi anak kuliahan , selalu memadu cinta dengan tugas , dosen (kadang masuk kadang engga tapi tetep eksis ngasi tugas) ma tmen2 kulia iang lma2 sering geger gara-gara si tugas itu . .
Ya . . itulah tugas kya sinetron cinta fitri , tak ada hentinya .
BAB I
PENDAHULUAN
• ZEITFORM
Zeitform adalah formasi waktu kapan terjadinya suatu kegiatan dalam bentuk kalimat. Zeitform dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Präsens
2. Präteritum
3. Perfekt
4. Plusquamperfekt
5. Futur I
6. Futur II
Präsens
Präsens adalah kala sekarang. Suatu kegiatan yang dilakukan saat ini dengan rumus sebagai berikut:
S + Sein/Verben(infintiv)
Pada Präsens Verben selalu terdeklinasi oleh pelakunya sesuai dengan konjgation-nya masing-masing. Begitu juga dengan sein yang berbeda-beda pada setuap pelakunya.
Sein Konjugation
Ich(saya) bin Ich -e
Du(kamu) bist du -st
Er/sie/es (orang ketiga tunggal) ist er/sie/es -t
Wir(kita) sind Wir -en
Ihr(kalian[informal]) seid Ihr -t/-et
Sie(anda [formal])/sie(pl) sind Sie/sie -en
Untuk membentuk sebuah verben pada suatu kalimat rumusnya sebagai berikut:
Stamm (kata dasar) + Konjugation
Contohnya: Arbeiten (bekerja)
Stamm: Arbeit
Subjek: Ich
Ich arbeite im Büro (saya bekerja di kantor)
Präteritum
Präteritum adalah kala lampau. Suatu kegiatan yang dilakukan pada masa lampau dengan rumus sebagai berikut:
S + Partizip I
Partizip I adalah bentuk lampau atau kedua dari suatu verben. Partizip I dibedakan berdasarkan golongan kata kerja. Dalam bahasa Jerman golongan kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu:
Unregelmäßige Verben (kata kerja tak beraturan)
Kata kerja tak beraturan dapat dilihat dalam kamus karena jumlahnya banyak. Kata kerja ini harus dihafalkan berikut juga dengan perubahannya dari Partizip I dan Partizip II. Karena tidak dapat dirumuskan cirri-cirinya. Penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut:
Partizip I + Konjugation
Pengecualian terjadi pada subjek ich dan er/sie/es. Dalam hal ini ich dan er/sie/es sama tanpa penambahan Konjugation. Untuk bentuk lampau dari sein adalah sebagai berikut:
Bin war
Bist warst
Ist war
Sind waren
Seid wart
Contoh kalimat Präteritum dengan kata kerja Unregelmäßige Verben:
Gehen (pergi[jalan kaki]) = ging
Ich ging zur Schule (saya pergi ke sekolah)
Du gingst zur chule (kamu berangkat ke seklah)
Sie ging zur Schule (Dia [pr] pergi ke sekolah)
Wir gingen zur Schule (Kami pergi ke sekolah)
Ihr gingt zur Schule (Kalian pergi ke sekolah)
Sie gingen zur Schule (Mereka pergi ke sekolah)
Regelmäßige Verben (kata kerja beraturan)
Kata kerja ini merupakan sisa kata kerja yang tidak tergolong dalam Unregelmäßige Verben. Bentuk partizip I-nya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Stamm + -te + Konjugation
Contohnya : Machen (membuat) = Machte
Pengecualian pada kata kerja yang berakhiran –ten diberi sisipan –e
Contohnya : Arbeiten (bekerja) = Arbeitete
Pengecualian terjadi pada subjek ich dan er/sie/es. Dalam hal ini ich dan er/sie/es sama tanpa penambahan Konjugation.
Contoh kalimat Präteritum dengan kata kerja Regelmäßige Verben:
Ich machte ein tasse Kaffee (saya membuat secangkir kopi)
Du machtest ein tasse Kafee (Kamu membuat secangkir kopi)
Er machte ein tasse Kaffee (dia [lk] membuat secangkir kopi)
Wir machten ein tasse Kaffee (kami membuat secankir kopi)
Ihr machtet ein tasse Kaffee (kalian membuat secankir kopi)
Sie machten ein tasse Kaffe (Anda membuat secangkir kopi)
Perfekt
Perfekt adalah kala lampau yang berarti “telah” rumusnya sebagai berikut:
S + haben/sein + Partizip II
Haben digunakan pada verben yang tidak berpindah tempat. Edangkan sein digunakan pada verben yang berpindah tempat seperti gehen(pergi jalan kaki), fliegen(pergi dengan pesawat), fahren(pergi dengan kendaraan darat atau air), laufen(berlari). Penggunaan haben disesuaikan pada pelaku. Berikut ini adalah perubahan Haben pada setiap pelaku:
Ich habe
Du hast
Er/sie/es hat
Wir haben
Ihr habt
Sie/sie haben
Partizip II adalah bentuk ketiga dari suatu verben. Dalam Regelmäßige Verben bentuknya menjadi:
Ge- + stamm + -t/-et
Berakhiran –et jika verben dalam bentuk infinitiv-nya berakhiran -den, -ten, -ken.
Contohnya : Liebe (mencintai) = geliebt
Kosten (memberi harga) = gekostet
Pengecualian pada verben yang berakhiran –ieren menjadi –iert tanpa awalan ge- contohnya sebagai berikut: Probieren (mencoba) = Probiert
Contoh kalimat perfekt :
Stehlen (mencuri) = gestohlen
Er hat ein Auto gestohlen (ia telah mencuri sebuah mobil)
Bauen (membangun) = gebaut
Sie haben ein Pallast gebaut (mereka telah membangun sebuah istana)
Analysieren (menganalisis) = Analysiert
Sie hat das Gedicht analysiert (ia [pr] telah menganalisis puisi itu)
Plusquamperfekt
Plusquamperfekt menandai kala lampau yang telah selesai dikerjakan di waktu lampau juga dengan rumus sebagai berikut:
S + hatten + partizip II
Hatten merupakan bentuk Präteritum dari Haben. Berikut ini adalah perubahannya:
Ich hatte
Du hattest
Er/sie/es hatte
Wir hatten
Ihr hattet
Sie/sie hatten
Contohnya : Beten (berdoa) = gebetet
Diana hatte im Kirche gebetet
Futur I
Futur I adalah kala akan datang. Memiliki arti “akan”. Rumusnya sebagai berikut:
S + werden + Infinitiv
Werden terkena konjugation. Berikut perubahannya:
Ich wird
Du wirst
Er/sie/es wird
Wir werden
Ihr werdet
Sie/sie werden
Contohnya :Fliegen (pergi dengan pesawat)
Hans wird nach Deutschland fliegen (Hans akan pergi ke Jerman)
Futur II
Futur II adalah kala dimana sesuatu yang akan selesai dilakukan di masa mendatang rumusnya sebagai berikut:
S + werden + Partizip II + haben
Haben di belakang kalimat tidak mengalami perubahan. Hanya werden saja yang mengalami perubahan sesuai pelakunya. Contohnya:
Essen (makan) = gegessen
Tora wird eine Suppe gegessen haben (Tora akan telah makan sup)
• MODALITÄT (MODI)
Dalam bahasa Jerman ada empat modi, yaitu:
1. Indikativ
Indikativ adalah pernyataan yang sederhana dari fakta atau pertanyaan. Contohnya:
Jack ist gut
Ist Jack gut?
2. Imperativ
Imperativ adalah suatu perintah, permintaan atau saran. Imperativ dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan lawan bicaranya, yaitu:
a. Du
Fragen (bertanya) Du Fragst Frag! (bertanyalah kamu!)
Nehmen (mengambil) Du Nimmst Nimm das Buch! (ambilah kamu buku itu!)
Sein Du bist Sei ganz ruhig! (tenanglah kamu semua!)
b. Sie [formal]
Fragen (bertanya) Sie fragen Fragen Sie! (silakan bertanyalah anda!)
Nehmen (mengabil) Sie Nehmen Nehmen Sie! (ambilah anda!)
Sein Sie sind Seien ganz ruhig! (tenanglah anda semua!)
c. Ihr
d. Fragen (bertanya) Ihr fragt Fragt!
Nehmen (mengambil) Ihr nehmt Nehmt!
Penggunaan Bitte dan doch dalam kalimat Imperativ bertujuan untuk memperhalus kalimat. Untuk saran biasanya menggunakan wir dengan rumus
Infinitive + wir + O
Contoh : Gehen (pergi[jalan kaki])
Gehen wir nach Hause! (ayo kita pulang!)
Sprechen wir doch Deutsch! (kenapa kita tidak berbicara dalam bahasa Jerman?!)
Penggunaan kata doch disini berarti “mengapa kita tidak…..”
3. Kondisional
Kondisional dalam bahasa Jerman adalah sebuah bentuk dari waktu yang akan datang. Kondisional mengeskpresikan kondisi bersyarat. Ia dibentuk dengan kata bantu Würden (präteritum Werden + Umlaut), hätte (präteritum haben + umlaut) Rumusnya:
Würden disesuaikan dengan kojugation-nya, seperti berikut:
Ich würde
Du würdst
Er/sie/es würde
Contoh: Ich würde
• MODALVERBEN
Dalam bahasa Jerman, modalverben ada enam, yaitu: Wollen (ingin, mau), Sollen (seharusnya, sebaiknya), Mögen (ingin, senang), Müssen (harus), Können (dapat, mampu), Dürfen (diperbolehkan). Kata kerja modal ini dikonjugasikan dalam bentuk indikatif sebagai berikut:
Dürfen ( Diperbolehkan)
Präsens Präteritum Perfekt Plusquamperfekt Futur I Futur II
Ich darf durfte Habe gedurft Hatte gedurft Werde dürfen Werde gedurft haben
Du darfst durftest Hast gedurft Hattest gedurft Wirst dürfen Wirst gedurft haben
Er/sie/es darf durfte Hat gedurft Hatte gedurft Wird dürfen Wird gedurft haben
Wir dürfen durften Haben gedurft Hatten gedurft Werden dürfen Werden gedurft haben
Ihr dürft durftet Habt gedurft Hattet gedurft Werdet dürfen Werdet gedurft haben
Sie/sie dürfen durften Haben gedurft Hatten gedurft Werden dürfen Werden gedurft haben
Können (dapat, mampu)
Präsens Präteritum Perfekt Plusquamperfekt Futur I Futur II
Ich kann konnte Habe gekonnt Hatte gekonnt Werde können Werde gekonnt
haben
Du kannst konntest Hast gekonnt Hattest gekonnt W irst können Wirst gekonnt
haben
Er/sie/es kann konnte Hat gekonnt Hatte gekonnt Wird können Wird gekonnt
haben
Wir können konnten Haben gekonnt Hatten gekonnt Werden können Werden gekonnt haben
Ihr könnt konntet Habt gekonnt Hattet gekonnt Werdet können Werdet gekonnt haben
Sie/sie können konnten Haben gekonnt Haten gekonnt Werden können Werden gekonnt haben
Müssen (harus)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich muss musste Habe gemusst Hatte gemusst Werde müssen Werde gemusst haben
Du musst musstest Hast gemusst Hattest gemusst Wirst müssen Wirst gemusst haben
Er/sie/es muss musste Hat gemusst Hatte gemusst Wird müssen Wird gemusst haben
Wir müssen mussten Haben gemusst Haben gemusst Werden müssen Werden gemusst haben
Ihr müsst musstet Habt gemusst Hattet gemusst Werdet müssen Werdet gemusst haben
Sie/sie müssen mussten Haben gemusst Haben gemusst Werden müssen Werden gemusst haben
Sollen (seharusnya, sebaiknya)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich soll sollte Habe gesollt Hatte gesollt Werde solen Werde gesollt haben
Du sollst solltest Hast gesollt Hattest gesollt Wirst sollen Wirst gesollt haben
Er/sie/es soll sollte Hat gesollt Hatte gesollt Wird sollen Wird gesollt haben
Wir sollen sollten Haben gesollt Hatten gesollt Werden sollen Werden gesollt haben
Ihr sollt solltet Habt gesollt Hattet gesollt Werdet sollen Werdet gesollt haben
Sie/sie sollen sollen Haben gesollt Hatten gesollt Werden sollen Werden gesollt haben
Mögen (ingin, suka)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich mag mochte Habe gemocht Hatte gemocht Werde mögen Werde gemocht haben
Du magst mochtest Hast gemocht Hattest gemocht Wirst mögen Wirst gemocht haben
Er/sie/es mag mochte Hat gemocht Hatte gemocht Wird mögen Wird gemocht haben
Wir mögen mochten Haben gemocht Hatten gemocht Werden mögen Werden gemocht haben
Ihr mögt mochtet Habt gemocht Hattet gemocht Werdet mögen Werdet gemocht haben
Sie/sie mögen mochten Haben gemocht Hatten gemocht Werden mögen Werden gemocht haben
Wollen (ingin, mau)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich will wollte Habe gewollt Hatte gewollt Werde wollen Werde gewollt haben
Du willst wolltest Hast gewollt Hattest gewollt Wirst wollen Wirst gewollt haben
Er/sie/es will wollte Hat gewollt Hatte gewollt Wird wollen Wird gewollt haben
Wir wollen wollten Haben gewollt Hatten gewollt Werden wollen Werden gewollt haben
Ihr wollt wolltet Habt gewollt Hattest gewollt Werdet wollen Werdet gewollt haben
Sie/sie wollen wollten Haben gewollt Hatten gewollt Werden wollen Werden gewollt haben
BAB II
PEMBAHASAN
ARTIKEL I : "Therapie der Missbrauchsopfer"
unverarbeitete Erinnerungen sind erstaunlich lebendig
1. Der Traumaexperte Martin Sack erklärt, wie Patienten ihre Erinnerungen verarbeiten und geheilt werden können.
2. Auch in DDR-Kinderheimen und Jugendwerkhofen wurden Jugenliche misshandelt und missbraucht
3. Ständig werden neue Missbrauchsfälle an Schulen bekannt
4. Es ist ein sehr gesundes Verhalten, um sich anderen zu zuwenden und ein normales Leben aufbauen zu können
5. Werde ich ausgegrenzt?
6. Gibt es einem bestimmten Typ mensch, bei dem das Trauma zum Problem wird?
7. Traumasymptome kann gut grundsätzlich jeder entwickeln
8. Wie gut ein Trauma verarbeitet werden kann, hängt stark von den ressourcen ab
9. Kinder hingegen, die in einem Elternhaus leben, in dem es wenig Halt und emotionale Stabilität gibt und die aus verschidensten Gründen nicht erwarten können, dass ihre Eltern mit ihren Problemen umgehen können, entwickeln wahrscheinlicher schwere Folgen aus einem Missbrauch
10. Besonderes schwer verarbeitet wird ein Missbrauch durch nahe stehende Menschen, Vertrauenspersonen
11. in der männlichen werden die die Menschen schnell ungeduldig, unbeherrscht und aggresive, wenn sie Angst bekommen
12. Diese Menschen werden depressiv, ängstlich und sozial Misstrauisch
13. Es kann jedoch auch viele Jahre später noch Auslöser geben, die die Erinnerungen hochkommen
14. Manchmal reicht es, wenn man mit den Schwerigkeiten der eigenen Kinder konfrontiert wird oder Entspannungstechniken lernt
15. Kann man ein Trauma wirklich heilen, vor allem eines, das schon Jahr zehnte zurückliegt
16. Wenn die gut erforschten speziellen techniken angewandt werden, sind 80 Prozent der Therapien so erfolgreich, dass die Syptomatik kompletet verscwindet
17. Mann kann sogar ein Kriegstrauma, dass vor 62 jahren ausgelöst wurde, heilen
ANALISIS ARTIKEL I :
A. ZEITFORM
1. Präsens -> Plural
2. Präteritum -> plural
3. Präsens -> plural
4. Präsens -> singular (III)
5. Präsens -> singular (I)
6. Präsens -> singular (III)
7. Präsens -> singular (III)
8. Präsens -> singular (III)
9. Präsens -> plural
10. Präsens -> singular (III)
11. Präsens -> plural
12.. Präsens -> Plural
13. Präsens -> singular (III)
14. Präsens -> singular (III)
15. Präsens -> singular (III)
16. Präsens -> plural
17.a. Präsens -> singular (III)
b.Präteritum -> singular (III)
B. MODI
1. Aktiv
2. Passiv
3. Passiv
4. Aktiv
5. Aktiv
6. Aktiv
7. Aktiv
8. Aktiv
9. Aktiv
10. Passiv
11. Aktiv
12. Aktiv
13. Aktiv
14. Passiv
15. Aktiv
16. Passiv
17. a. Aktiv
b. Passiv
ARTIKEL 2 : BARACK OBAMA
" YES, WE CAN KILL"
1. Barack Obama war noch nicht im weisser Haus angekommen, da müsste er sich schon des Vorwurfs erwehren, in Fragen der Nationalen Sicherheit zu unerfähren, zu Liberal, zu weich zu sein. Nichts fürchteten er und seine Berarter mehr als einen Terroranschlag
2. Natürlich kann und muss man fragen, warum der Präsident und seine Berater zwei Tage brauchten, um der Öffenlichkeit die Ganze Tragweite das vereitelten Anschlags zu erklaren
3. Es bleibt unbegreiflich und unentschulbar. Warum die bereits im Sommer abgehörte Nachricht über ein bevorstehendes Attentet eines jungen Nigerianers nicht mit der Warnung von dessen Vater vor dem radikalen Sohn zusammengeführt würde.
4. wie das New York Times Magazine soeben berichtete, wollte ein HAndvoll Somalier bereits bei der feierlichen Amtseinfűhrung vereinem Jahr mit Bomben Tod und chaos verbreiten
5. Weit häufiger als sein Vorgänger lässt er Raketen auf sie abschiessen und nimmt dabei auch den Tod unschuldiger in Kauf, nicht nur in Afghanistan und Pakistan, sondern auch im Jemen und bald vielleicht in Somalia und anderswo
6. Wollte er dem Liberalen Amerika nicht Stolz zurűckgeben?
7. Obama hingegen will zeigen, dass selbst unter gröβter Anspannung die Gratwanderung zwischen Sicherheit und Freiheit gelingen kann
8. Etliche Häftlinge werden nach wie vor freikommen, Obama wird jedoch bei den Entlassungen kűnftig noch vorsichtiger sein
9. Rechte wie Linke werden sich deshalb weiter an seiner Antiterropolotik reiben
ANALISIS ARTIKEL 2 :
A. ZEITFORM
1. präteritum -> singular (III)
2. präsens ->singular (III)
3. präteritum ->singular (III)
4. präteritum ->singular (III)
5. präsens ->singular (III)
6. präteritum ->singular (III)
7. präsens ->singular (III)
8. a. präsens ->plural
b. präsens ->singular (III)
9. future ->plural
B. MODI
1. Aktiv
2. Aktiv
3. Passiv
4. Aktiv
5. Aktiv
6. Aktiv
7. Aktiv
8. a. Aktiv
b. Aktiv
9. Aktiv
ARTIKEL 3 : DER WEG IST FREI
1. Wo so laut geipfiffen wird, da muss der Wald sehr dunkel sein
2. Die Sozialdemokraten wiederum fűhlen sich der Zeit zu schwach fűr tief greifende Bűndnisdebatten. Sie wollen sich allein aus ihrem Sumpf ziehen und erstmal die Land tagswahlen in NRW abwarten
3. Dort haben sich die Linken fundamentalistisch verrant, und wenn der Wähler sie dafur ordenenlich abstraft, dann kann die SPD hinterher Bűndhisgesprache zu deutlich verbesserten Tarifen fűhren.
4. In Wahrheit ist die Chance, in absehbarer Zeit in dem einen oder anderen Land, und möglichst auch im Bund wieder regieren zu können, fur Parteien ein Lebenselixier.
5. Ohne diese Aussicht verlieren sie schnell ihre Fassung, sie werden reälitatfremd, quengelig, spaltbereit, neurotisch
6. All jene in SPD ind Linkspartei, die in diesen Tagen die Chance des Lafontaineshen. Abgangs leugnen und sich fűr die unauswiechlichen Bűndnisclebatten noch reichlich Zeit nehmen möchten, sollten mal in die europänische Nachbarschaft blicken
7. In Frankreich, in Italien oder in Niederlanden lässt sich bestaunen, wie schnell die Entfernung zur Macht zunehmen kann, wie schnell auch aus der erhofften Regeneration in der Opposotion eine rasane Degeneration werden kann
8. Wer sich Zeit lässt, verliert an Boden, wer an Boden verliert, verliert seinen Halt
9. Sie machen sich ein Bild von der Welt, wie sie sein soll, und schamen sich dafűr, dass sie diesem Bild beim Regieren so wenig Nahekommen
10.Du sollsts die Gesellschaft nicht ändern, sondern der sich ändernden Gesellschaft kontur geben, sie moderieren, ihr helfen
11.So dunkel ist cler Wald, in dem dieser Tage so laut gepfiffen wird
12.Sehr bald wird offenkundig werden, dass die Linke weniger eine Westausdehnung der PDS war als eine Ostausdehnung Oskar lafontaines
13.Wenn Koalihonen zwieschen beiden Parteien weiterhin ausgeschlossen oder durch manöver der einen oder anderen Seite Verunmöglicht werden
14.Dann dűrften sich die meisten Wahlen der Nächsten Jahre nur darum drehen, ob es fur Schwarz-Gelb reicht oder fűr Scwarz-Grűn oder fur Scwarz-Gelb-Grűn
15.Die Lagerfluchtigen, untreuen Grűnen können auch nur dann unter Druck gesetzt werden
ANALISIS ARTIKEL 3 :
A. ZEITFORM
1. a. prasens -> singular (III)
b. prasens -> singular (III)
2. prasens -> plural
3. prasens -> singular (III)
4. prasens -> plural
5. prasens -> plural
6. a. prasens -> plural
b. prateritum -> plural
7. prasens -> singular (III)
8. prasens -> Wfrage
9. prasens -> singular (III)
10.prasens -> singular (II)
11.prasens -> singular (III)
12.futur -> singular (III)
13.futur -> plural
14. prateritum -> plural
15.prasens -> plural
B. MODI
1. a. passiv
b. aktiv
2. aktiv.
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.aktiv
11.passiv
12.aktiv
13.aktiv
14.aktiv
15.passiv
ARTIKEL 4 : SCHULER BRAUCHEN STARKE ELTERN FUR DEN ERFOLG
1. Wie können Lehrerund Eltern zusammenarbeiten?
2. Werner Sacher hält es fűr falsch, wenn Elternarbeit auf Kuchenbacken berschränkt wird
3. Solche Projekte werden aber selten von den Schulen selbst angeboten
4. Es soll Aufgabe der Lehrer werden, den Eltern fehlende Erziehungskompetenzen zu vermitteln
5. Dafűr műssen die Lehrer die Eltern aus der Resignation holen und stärken
6. Lehler műssen eltern in die Schule holen, sie anleiten, trainieren, zur Mitarbeit einladen, Lernhinweise geben und vieles mehr
7. Wichtig dabei sei, so Sacher, ein gerordneter, warmer Tagesblauf, die Eltern műssen intellektuelle Anregungen bereithalten und diese ohne Druck anbieten
8. Ich frage mich schon, was ich neben Korrektur, Unterricht und ausserschulischen Aktivitäten wie Skilager noch alles leisten soll.
9. Sie műssen sich mal das Ungenutzte Potenzial der Kinder vor Augen halten
10.Expertengruppen könnten ausserhalb der Schule den Lehrkräften helfen, Ihnen und entsprechende Entlastung anbieten
ANALISIS ARTIKEL 4 :
A. ZEITFORM
1. prasens -> plural
2. prasens -> singular (III)
3. a. futur -> plural
b. prasens -> plural
4. prasens -> singular (III)
5. prasens -> plural
6. prasens -> plural
7. prasens -> plural
8. prasens -> singular (I)
9. prasens -> plural
10.prateritum -> plural
B. MODI
1. aktiv
2. passiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.aktiv
ARTIKEL 5 : DIE WIEDERENTDECKUNG DER MUSSE
1. Nichtstun ist wertvoll. Doch wir haben es verlernt, weil wir nicht mehr aus dem immer schnelleren Alltag ausbrechen können
2. Vermutlich muss Descartes' Diktum >> cogito. ergo sum << in Wahrheit so űbersetzt werden : ich liege denked im Bett. also bin ich.
3. Wo soll im hektischen Wissenschaftsbetrieb dafűr noch die Zeit herkommen?
4. Ob unter Managern oder Polotikern, Selbständigen oder Angestellen űberall breitet sich das gefűhl aus, permanent unter Druck zu stehen, ständig an Quartalsbilanzen, Umfragewerten oder Produktionssteigerungen gemessen zu werden und sich keine Atempause gönnen zu dűrfen
5. Drastisch musste das zum Beispiel Miriam Meckel erfahren
6. Man liest darin etwa, dass täglich 171 Milliarden E-mails verschickt werden, von denen 71 Prozent Spam-Mails sind; oder dass Wissenschaftler vom Londoner King's college in einem eindrűcklichen versuch mit mehr als tausend Probanden das viel gepriesene Multitasking untersuchten : Dazu sollte die eine Hälfte der Versuchspersonen eine Aufgabe lösen und nebenher E-mails empfangen, die andere Gruppe bekam statt Mails Marihuana verarbreicht
7. Eine Rűckfall versicherung könnte auch die Ökonomie gebrauchen
8. Und dass wir von unseren hektischen Gewohnheiten nicht wirklich lassen wollen
9. Wer die Kunst des Műssiggangs erlernen will, tut gut daran, sich zunächst einmal mit all jenen Mechanismen auseinander zusetzen, die ihr entgegen stehen
10.Das erste Hindernis bersteht in jenem Glauben, den uns all die simplify your life-Ratgeber und Zeitmanager Suggerieren : dass es sich nämlich um ein individuelles Problem handele, das man durch eine entsprechende Verhaltensänderung ganz leicht lösen könne
11. Wervon lauter gehetzten Menschen umgeben ist, kann sich selbst davon nicht plötzlich ausnehmen und zum entspannten Mussigganger werden
12. Wie neurobiologische Experimente zeigen, braucht unser Gehirn offenbar immer wieder zeiten des Nichtstuns-nicht etwa zum Ausruhen, sondern um sich gesund sortieren zu können; ein gewisser Leerlauf im Kopf ist fűr unsere geistige Stabilitat gerade zuunabdingbar
13. in einer Leistungsgeselschaft, die das Wachsturm, den Konsum und die Persönliche Erlebnismaximierung feiert, wird das Nichtstun zu einem bitteren Genuss
14. Und wir sollten uns nicht mit der vorstellung qűalen, frűher sei alles besser gewesen : Műssiggang war schon immer die Ausnahme, nicht die Regel. Die grosse Masse schuftete meist von fruh bis spät, ein leibeigener Bauer kam selten dazu, die Seele baumeln zu lassen
15. Wer also űber die moderne Beschleunigungsgeselschaft klagt, sollte feierweise auch enerkennen, dass sie uns Mass an Whlstand beshert, das die wenigsten ernschaft missen möchten.
16. Das Abwägen verschiedener Alternativen kostet ernstens Zeit und zweitens Energie, und es bringt zu dem sogenannte Opportunitatskosten mit sich : Mit jeder Wahl muss man namlich zwangsläufig auf alle anderen Alternativen verzichten
17. Wer zwischen einer kaum zu uberschauenden Zahl von Fernsehkanalen oder Joghurtmarke wahlen muss, gewinnt nicht an Freiheit - wie die Werbung suggiert, sondern erhöt seinen Stresspegel
18. Wer sich gestresst fűhlt, bucht den Entspannungskurs, wer die Hausmusik vermisst, gönnt sich neue CDs, wer unter Zeitdruck leidet, kauft den Ratgeber zum Zeitmanagement-so, als ob man sich mit dem Buch oder der CD die Zeit zum entspannten Lesen oder Hören gleich mitkaufen könnte
19. Wem es gelingt, sich diese Form der Selbstbestimmung zu bewahren, der dűrfte am ehesten auch jene innere Ruhe finden, nac der wir uns alle so sehnen
20. >>Musse<<, so drűckt s die Österreichische Wissenschaftsforscherin Helga Nowotny aus, >> ist die Intensitat des Augenblicks, der sich zeitlich zu Stunden oder Tagen ausdehnen kann, um sich auf ein Einziges zu konzentrieren : Eigenzeit.
21. << Diese>> Eigenzeit<< kann vieles sein-ein intensives Gespräch ebenso wie Musikgenuss oder ein spannendes Arbeitsprojekt, sie kann apielerisch oder ernsthaft sein, zielorintiert oder suchend, aber sie wird immer characterisiert durch eine Eigenschaft, sagt Nowotny
22. Wer das versteht, kann erleben, dass sich die Musse unvermutet von hinten anschleicht und uns plotzlich űberrascht, wenn wir sie gar nicht suchen.
ANALISIS ARTIKEL 5 :
A. ZEITFORM :
1. prasens
2. prateritum
3. prasens
4. prasens
5. prateritum
6. a. prasens
b. prateritum
7. prasens
8. prasens
9. prasens
10.
11. prasens
12. prasens
13. prasens
14. prateritum
prasens
15. prateritum
prateritum
16. prasens
17. prasens
18. prateritum
19. prateritum
20. prasens
21. prasens
prasens
prasens
22. prasens
B. MODI
1. aktiv
2. aktiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. passiv
passiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.
11. aktiv
12. aktiv
13. passiv
14. aktiv
aktiv
15. aktiv
aktiv
16. aktiv
17. aktiv
18. aktiv
19. aktiv
20. aktiv
21. aktiv
aktiv
passiv
22. aktiv
ARTIKEL 6 : WIE DER KAMPF GEGN DEN TERROR GEFUHRT WIRD
1. Einen Krieg will die US Regierung angeblich nicht Deutsche Politiker lehnen Militärschläge ab
2. Innenpolitisch möchte sie die Bűrger űberzeugen, dass sie vorbeugend gehandelt hat, um der Terrorgefahr aus dem Jemen zu begegnen
3. Aussenpolitisch muss sie Rűcksicht auf Jemens Präsidenten Ali Abdullah Saleh nehmen
4. Militärvertreter sagen, es gebe eine Liste mit zeilen im Jemen, falls es zu einem Anschlag mit US-Opfern kommen sollte, den das dortige Terrornetzwerk Al-Qaida geplant habe
5. Der Voersitzende des Auswärtigen Ausschusses des Bundestages, Ruprecht Polenz (CDU), will eine deutsche Beteiligung an einem internationalen Einsatz im Jemen nicht grundsätzlich ausschiessen
6. "Dann műsste sich auch Deutschland im Rahmen seiner Möglichkeiten einbringen"
7. Nur so könnten Terrorstrukturen im Land ausgetrocknet werden
8. Der Regierung und den Sicherheitskräften im Jemen wird kaum zugefarut, die vielen Konflikte im Land zu Lösen
9. Ausserdem seien gravierende Fehler gemacht worden
10. So seien salafistische Gruppierungen, also sunnitische Extremisten mit ideologischer Nähe zu Al-Qaida, gefördert worden, um ein Gegenwicht zu den Schiitischen Houthirebellen aufzubauen
11.Hierhin seien Zahlreiche Terroristen aus Saudi Arabien geflohen, als dort mit brachiarler Represiion auf Anschläge geantwortet wurde
ANALISIS ARTIKEL 6 :
A. ZEITFORM
1. prasens
2. prasens
3. prasens
4. prateritum
5. prasens
6.prateritum
7.prateritum
8. prasens
9. perfekt
10. perfekt
11.prateritum
12. perfekt
13.prateritum
14.prateritum
B. MODI
1. aktiv
2. aktiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. passiv
9. passiv
10.passiv
11.passiv
PENDAHULUAN
• ZEITFORM
Zeitform adalah formasi waktu kapan terjadinya suatu kegiatan dalam bentuk kalimat. Zeitform dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Präsens
2. Präteritum
3. Perfekt
4. Plusquamperfekt
5. Futur I
6. Futur II
Präsens
Präsens adalah kala sekarang. Suatu kegiatan yang dilakukan saat ini dengan rumus sebagai berikut:
S + Sein/Verben(infintiv)
Pada Präsens Verben selalu terdeklinasi oleh pelakunya sesuai dengan konjgation-nya masing-masing. Begitu juga dengan sein yang berbeda-beda pada setuap pelakunya.
Sein Konjugation
Ich(saya) bin Ich -e
Du(kamu) bist du -st
Er/sie/es (orang ketiga tunggal) ist er/sie/es -t
Wir(kita) sind Wir -en
Ihr(kalian[informal]) seid Ihr -t/-et
Sie(anda [formal])/sie(pl) sind Sie/sie -en
Untuk membentuk sebuah verben pada suatu kalimat rumusnya sebagai berikut:
Stamm (kata dasar) + Konjugation
Contohnya: Arbeiten (bekerja)
Stamm: Arbeit
Subjek: Ich
Ich arbeite im Büro (saya bekerja di kantor)
Präteritum
Präteritum adalah kala lampau. Suatu kegiatan yang dilakukan pada masa lampau dengan rumus sebagai berikut:
S + Partizip I
Partizip I adalah bentuk lampau atau kedua dari suatu verben. Partizip I dibedakan berdasarkan golongan kata kerja. Dalam bahasa Jerman golongan kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu:
Unregelmäßige Verben (kata kerja tak beraturan)
Kata kerja tak beraturan dapat dilihat dalam kamus karena jumlahnya banyak. Kata kerja ini harus dihafalkan berikut juga dengan perubahannya dari Partizip I dan Partizip II. Karena tidak dapat dirumuskan cirri-cirinya. Penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut:
Partizip I + Konjugation
Pengecualian terjadi pada subjek ich dan er/sie/es. Dalam hal ini ich dan er/sie/es sama tanpa penambahan Konjugation. Untuk bentuk lampau dari sein adalah sebagai berikut:
Bin war
Bist warst
Ist war
Sind waren
Seid wart
Contoh kalimat Präteritum dengan kata kerja Unregelmäßige Verben:
Gehen (pergi[jalan kaki]) = ging
Ich ging zur Schule (saya pergi ke sekolah)
Du gingst zur chule (kamu berangkat ke seklah)
Sie ging zur Schule (Dia [pr] pergi ke sekolah)
Wir gingen zur Schule (Kami pergi ke sekolah)
Ihr gingt zur Schule (Kalian pergi ke sekolah)
Sie gingen zur Schule (Mereka pergi ke sekolah)
Regelmäßige Verben (kata kerja beraturan)
Kata kerja ini merupakan sisa kata kerja yang tidak tergolong dalam Unregelmäßige Verben. Bentuk partizip I-nya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Stamm + -te + Konjugation
Contohnya : Machen (membuat) = Machte
Pengecualian pada kata kerja yang berakhiran –ten diberi sisipan –e
Contohnya : Arbeiten (bekerja) = Arbeitete
Pengecualian terjadi pada subjek ich dan er/sie/es. Dalam hal ini ich dan er/sie/es sama tanpa penambahan Konjugation.
Contoh kalimat Präteritum dengan kata kerja Regelmäßige Verben:
Ich machte ein tasse Kaffee (saya membuat secangkir kopi)
Du machtest ein tasse Kafee (Kamu membuat secangkir kopi)
Er machte ein tasse Kaffee (dia [lk] membuat secangkir kopi)
Wir machten ein tasse Kaffee (kami membuat secankir kopi)
Ihr machtet ein tasse Kaffee (kalian membuat secankir kopi)
Sie machten ein tasse Kaffe (Anda membuat secangkir kopi)
Perfekt
Perfekt adalah kala lampau yang berarti “telah” rumusnya sebagai berikut:
S + haben/sein + Partizip II
Haben digunakan pada verben yang tidak berpindah tempat. Edangkan sein digunakan pada verben yang berpindah tempat seperti gehen(pergi jalan kaki), fliegen(pergi dengan pesawat), fahren(pergi dengan kendaraan darat atau air), laufen(berlari). Penggunaan haben disesuaikan pada pelaku. Berikut ini adalah perubahan Haben pada setiap pelaku:
Ich habe
Du hast
Er/sie/es hat
Wir haben
Ihr habt
Sie/sie haben
Partizip II adalah bentuk ketiga dari suatu verben. Dalam Regelmäßige Verben bentuknya menjadi:
Ge- + stamm + -t/-et
Berakhiran –et jika verben dalam bentuk infinitiv-nya berakhiran -den, -ten, -ken.
Contohnya : Liebe (mencintai) = geliebt
Kosten (memberi harga) = gekostet
Pengecualian pada verben yang berakhiran –ieren menjadi –iert tanpa awalan ge- contohnya sebagai berikut: Probieren (mencoba) = Probiert
Contoh kalimat perfekt :
Stehlen (mencuri) = gestohlen
Er hat ein Auto gestohlen (ia telah mencuri sebuah mobil)
Bauen (membangun) = gebaut
Sie haben ein Pallast gebaut (mereka telah membangun sebuah istana)
Analysieren (menganalisis) = Analysiert
Sie hat das Gedicht analysiert (ia [pr] telah menganalisis puisi itu)
Plusquamperfekt
Plusquamperfekt menandai kala lampau yang telah selesai dikerjakan di waktu lampau juga dengan rumus sebagai berikut:
S + hatten + partizip II
Hatten merupakan bentuk Präteritum dari Haben. Berikut ini adalah perubahannya:
Ich hatte
Du hattest
Er/sie/es hatte
Wir hatten
Ihr hattet
Sie/sie hatten
Contohnya : Beten (berdoa) = gebetet
Diana hatte im Kirche gebetet
Futur I
Futur I adalah kala akan datang. Memiliki arti “akan”. Rumusnya sebagai berikut:
S + werden + Infinitiv
Werden terkena konjugation. Berikut perubahannya:
Ich wird
Du wirst
Er/sie/es wird
Wir werden
Ihr werdet
Sie/sie werden
Contohnya :Fliegen (pergi dengan pesawat)
Hans wird nach Deutschland fliegen (Hans akan pergi ke Jerman)
Futur II
Futur II adalah kala dimana sesuatu yang akan selesai dilakukan di masa mendatang rumusnya sebagai berikut:
S + werden + Partizip II + haben
Haben di belakang kalimat tidak mengalami perubahan. Hanya werden saja yang mengalami perubahan sesuai pelakunya. Contohnya:
Essen (makan) = gegessen
Tora wird eine Suppe gegessen haben (Tora akan telah makan sup)
• MODALITÄT (MODI)
Dalam bahasa Jerman ada empat modi, yaitu:
1. Indikativ
Indikativ adalah pernyataan yang sederhana dari fakta atau pertanyaan. Contohnya:
Jack ist gut
Ist Jack gut?
2. Imperativ
Imperativ adalah suatu perintah, permintaan atau saran. Imperativ dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan lawan bicaranya, yaitu:
a. Du
Fragen (bertanya) Du Fragst Frag! (bertanyalah kamu!)
Nehmen (mengambil) Du Nimmst Nimm das Buch! (ambilah kamu buku itu!)
Sein Du bist Sei ganz ruhig! (tenanglah kamu semua!)
b. Sie [formal]
Fragen (bertanya) Sie fragen Fragen Sie! (silakan bertanyalah anda!)
Nehmen (mengabil) Sie Nehmen Nehmen Sie! (ambilah anda!)
Sein Sie sind Seien ganz ruhig! (tenanglah anda semua!)
c. Ihr
d. Fragen (bertanya) Ihr fragt Fragt!
Nehmen (mengambil) Ihr nehmt Nehmt!
Penggunaan Bitte dan doch dalam kalimat Imperativ bertujuan untuk memperhalus kalimat. Untuk saran biasanya menggunakan wir dengan rumus
Infinitive + wir + O
Contoh : Gehen (pergi[jalan kaki])
Gehen wir nach Hause! (ayo kita pulang!)
Sprechen wir doch Deutsch! (kenapa kita tidak berbicara dalam bahasa Jerman?!)
Penggunaan kata doch disini berarti “mengapa kita tidak…..”
3. Kondisional
Kondisional dalam bahasa Jerman adalah sebuah bentuk dari waktu yang akan datang. Kondisional mengeskpresikan kondisi bersyarat. Ia dibentuk dengan kata bantu Würden (präteritum Werden + Umlaut), hätte (präteritum haben + umlaut) Rumusnya:
Würden disesuaikan dengan kojugation-nya, seperti berikut:
Ich würde
Du würdst
Er/sie/es würde
Contoh: Ich würde
• MODALVERBEN
Dalam bahasa Jerman, modalverben ada enam, yaitu: Wollen (ingin, mau), Sollen (seharusnya, sebaiknya), Mögen (ingin, senang), Müssen (harus), Können (dapat, mampu), Dürfen (diperbolehkan). Kata kerja modal ini dikonjugasikan dalam bentuk indikatif sebagai berikut:
Dürfen ( Diperbolehkan)
Präsens Präteritum Perfekt Plusquamperfekt Futur I Futur II
Ich darf durfte Habe gedurft Hatte gedurft Werde dürfen Werde gedurft haben
Du darfst durftest Hast gedurft Hattest gedurft Wirst dürfen Wirst gedurft haben
Er/sie/es darf durfte Hat gedurft Hatte gedurft Wird dürfen Wird gedurft haben
Wir dürfen durften Haben gedurft Hatten gedurft Werden dürfen Werden gedurft haben
Ihr dürft durftet Habt gedurft Hattet gedurft Werdet dürfen Werdet gedurft haben
Sie/sie dürfen durften Haben gedurft Hatten gedurft Werden dürfen Werden gedurft haben
Können (dapat, mampu)
Präsens Präteritum Perfekt Plusquamperfekt Futur I Futur II
Ich kann konnte Habe gekonnt Hatte gekonnt Werde können Werde gekonnt
haben
Du kannst konntest Hast gekonnt Hattest gekonnt W irst können Wirst gekonnt
haben
Er/sie/es kann konnte Hat gekonnt Hatte gekonnt Wird können Wird gekonnt
haben
Wir können konnten Haben gekonnt Hatten gekonnt Werden können Werden gekonnt haben
Ihr könnt konntet Habt gekonnt Hattet gekonnt Werdet können Werdet gekonnt haben
Sie/sie können konnten Haben gekonnt Haten gekonnt Werden können Werden gekonnt haben
Müssen (harus)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich muss musste Habe gemusst Hatte gemusst Werde müssen Werde gemusst haben
Du musst musstest Hast gemusst Hattest gemusst Wirst müssen Wirst gemusst haben
Er/sie/es muss musste Hat gemusst Hatte gemusst Wird müssen Wird gemusst haben
Wir müssen mussten Haben gemusst Haben gemusst Werden müssen Werden gemusst haben
Ihr müsst musstet Habt gemusst Hattet gemusst Werdet müssen Werdet gemusst haben
Sie/sie müssen mussten Haben gemusst Haben gemusst Werden müssen Werden gemusst haben
Sollen (seharusnya, sebaiknya)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich soll sollte Habe gesollt Hatte gesollt Werde solen Werde gesollt haben
Du sollst solltest Hast gesollt Hattest gesollt Wirst sollen Wirst gesollt haben
Er/sie/es soll sollte Hat gesollt Hatte gesollt Wird sollen Wird gesollt haben
Wir sollen sollten Haben gesollt Hatten gesollt Werden sollen Werden gesollt haben
Ihr sollt solltet Habt gesollt Hattet gesollt Werdet sollen Werdet gesollt haben
Sie/sie sollen sollen Haben gesollt Hatten gesollt Werden sollen Werden gesollt haben
Mögen (ingin, suka)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich mag mochte Habe gemocht Hatte gemocht Werde mögen Werde gemocht haben
Du magst mochtest Hast gemocht Hattest gemocht Wirst mögen Wirst gemocht haben
Er/sie/es mag mochte Hat gemocht Hatte gemocht Wird mögen Wird gemocht haben
Wir mögen mochten Haben gemocht Hatten gemocht Werden mögen Werden gemocht haben
Ihr mögt mochtet Habt gemocht Hattet gemocht Werdet mögen Werdet gemocht haben
Sie/sie mögen mochten Haben gemocht Hatten gemocht Werden mögen Werden gemocht haben
Wollen (ingin, mau)
Präsens Präteritum Perfekt Pluaquamperfekt Futur I Futur II
Ich will wollte Habe gewollt Hatte gewollt Werde wollen Werde gewollt haben
Du willst wolltest Hast gewollt Hattest gewollt Wirst wollen Wirst gewollt haben
Er/sie/es will wollte Hat gewollt Hatte gewollt Wird wollen Wird gewollt haben
Wir wollen wollten Haben gewollt Hatten gewollt Werden wollen Werden gewollt haben
Ihr wollt wolltet Habt gewollt Hattest gewollt Werdet wollen Werdet gewollt haben
Sie/sie wollen wollten Haben gewollt Hatten gewollt Werden wollen Werden gewollt haben
BAB II
PEMBAHASAN
ARTIKEL I : "Therapie der Missbrauchsopfer"
unverarbeitete Erinnerungen sind erstaunlich lebendig
1. Der Traumaexperte Martin Sack erklärt, wie Patienten ihre Erinnerungen verarbeiten und geheilt werden können.
2. Auch in DDR-Kinderheimen und Jugendwerkhofen wurden Jugenliche misshandelt und missbraucht
3. Ständig werden neue Missbrauchsfälle an Schulen bekannt
4. Es ist ein sehr gesundes Verhalten, um sich anderen zu zuwenden und ein normales Leben aufbauen zu können
5. Werde ich ausgegrenzt?
6. Gibt es einem bestimmten Typ mensch, bei dem das Trauma zum Problem wird?
7. Traumasymptome kann gut grundsätzlich jeder entwickeln
8. Wie gut ein Trauma verarbeitet werden kann, hängt stark von den ressourcen ab
9. Kinder hingegen, die in einem Elternhaus leben, in dem es wenig Halt und emotionale Stabilität gibt und die aus verschidensten Gründen nicht erwarten können, dass ihre Eltern mit ihren Problemen umgehen können, entwickeln wahrscheinlicher schwere Folgen aus einem Missbrauch
10. Besonderes schwer verarbeitet wird ein Missbrauch durch nahe stehende Menschen, Vertrauenspersonen
11. in der männlichen werden die die Menschen schnell ungeduldig, unbeherrscht und aggresive, wenn sie Angst bekommen
12. Diese Menschen werden depressiv, ängstlich und sozial Misstrauisch
13. Es kann jedoch auch viele Jahre später noch Auslöser geben, die die Erinnerungen hochkommen
14. Manchmal reicht es, wenn man mit den Schwerigkeiten der eigenen Kinder konfrontiert wird oder Entspannungstechniken lernt
15. Kann man ein Trauma wirklich heilen, vor allem eines, das schon Jahr zehnte zurückliegt
16. Wenn die gut erforschten speziellen techniken angewandt werden, sind 80 Prozent der Therapien so erfolgreich, dass die Syptomatik kompletet verscwindet
17. Mann kann sogar ein Kriegstrauma, dass vor 62 jahren ausgelöst wurde, heilen
ANALISIS ARTIKEL I :
A. ZEITFORM
1. Präsens -> Plural
2. Präteritum -> plural
3. Präsens -> plural
4. Präsens -> singular (III)
5. Präsens -> singular (I)
6. Präsens -> singular (III)
7. Präsens -> singular (III)
8. Präsens -> singular (III)
9. Präsens -> plural
10. Präsens -> singular (III)
11. Präsens -> plural
12.. Präsens -> Plural
13. Präsens -> singular (III)
14. Präsens -> singular (III)
15. Präsens -> singular (III)
16. Präsens -> plural
17.a. Präsens -> singular (III)
b.Präteritum -> singular (III)
B. MODI
1. Aktiv
2. Passiv
3. Passiv
4. Aktiv
5. Aktiv
6. Aktiv
7. Aktiv
8. Aktiv
9. Aktiv
10. Passiv
11. Aktiv
12. Aktiv
13. Aktiv
14. Passiv
15. Aktiv
16. Passiv
17. a. Aktiv
b. Passiv
ARTIKEL 2 : BARACK OBAMA
" YES, WE CAN KILL"
1. Barack Obama war noch nicht im weisser Haus angekommen, da müsste er sich schon des Vorwurfs erwehren, in Fragen der Nationalen Sicherheit zu unerfähren, zu Liberal, zu weich zu sein. Nichts fürchteten er und seine Berarter mehr als einen Terroranschlag
2. Natürlich kann und muss man fragen, warum der Präsident und seine Berater zwei Tage brauchten, um der Öffenlichkeit die Ganze Tragweite das vereitelten Anschlags zu erklaren
3. Es bleibt unbegreiflich und unentschulbar. Warum die bereits im Sommer abgehörte Nachricht über ein bevorstehendes Attentet eines jungen Nigerianers nicht mit der Warnung von dessen Vater vor dem radikalen Sohn zusammengeführt würde.
4. wie das New York Times Magazine soeben berichtete, wollte ein HAndvoll Somalier bereits bei der feierlichen Amtseinfűhrung vereinem Jahr mit Bomben Tod und chaos verbreiten
5. Weit häufiger als sein Vorgänger lässt er Raketen auf sie abschiessen und nimmt dabei auch den Tod unschuldiger in Kauf, nicht nur in Afghanistan und Pakistan, sondern auch im Jemen und bald vielleicht in Somalia und anderswo
6. Wollte er dem Liberalen Amerika nicht Stolz zurűckgeben?
7. Obama hingegen will zeigen, dass selbst unter gröβter Anspannung die Gratwanderung zwischen Sicherheit und Freiheit gelingen kann
8. Etliche Häftlinge werden nach wie vor freikommen, Obama wird jedoch bei den Entlassungen kűnftig noch vorsichtiger sein
9. Rechte wie Linke werden sich deshalb weiter an seiner Antiterropolotik reiben
ANALISIS ARTIKEL 2 :
A. ZEITFORM
1. präteritum -> singular (III)
2. präsens ->singular (III)
3. präteritum ->singular (III)
4. präteritum ->singular (III)
5. präsens ->singular (III)
6. präteritum ->singular (III)
7. präsens ->singular (III)
8. a. präsens ->plural
b. präsens ->singular (III)
9. future ->plural
B. MODI
1. Aktiv
2. Aktiv
3. Passiv
4. Aktiv
5. Aktiv
6. Aktiv
7. Aktiv
8. a. Aktiv
b. Aktiv
9. Aktiv
ARTIKEL 3 : DER WEG IST FREI
1. Wo so laut geipfiffen wird, da muss der Wald sehr dunkel sein
2. Die Sozialdemokraten wiederum fűhlen sich der Zeit zu schwach fűr tief greifende Bűndnisdebatten. Sie wollen sich allein aus ihrem Sumpf ziehen und erstmal die Land tagswahlen in NRW abwarten
3. Dort haben sich die Linken fundamentalistisch verrant, und wenn der Wähler sie dafur ordenenlich abstraft, dann kann die SPD hinterher Bűndhisgesprache zu deutlich verbesserten Tarifen fűhren.
4. In Wahrheit ist die Chance, in absehbarer Zeit in dem einen oder anderen Land, und möglichst auch im Bund wieder regieren zu können, fur Parteien ein Lebenselixier.
5. Ohne diese Aussicht verlieren sie schnell ihre Fassung, sie werden reälitatfremd, quengelig, spaltbereit, neurotisch
6. All jene in SPD ind Linkspartei, die in diesen Tagen die Chance des Lafontaineshen. Abgangs leugnen und sich fűr die unauswiechlichen Bűndnisclebatten noch reichlich Zeit nehmen möchten, sollten mal in die europänische Nachbarschaft blicken
7. In Frankreich, in Italien oder in Niederlanden lässt sich bestaunen, wie schnell die Entfernung zur Macht zunehmen kann, wie schnell auch aus der erhofften Regeneration in der Opposotion eine rasane Degeneration werden kann
8. Wer sich Zeit lässt, verliert an Boden, wer an Boden verliert, verliert seinen Halt
9. Sie machen sich ein Bild von der Welt, wie sie sein soll, und schamen sich dafűr, dass sie diesem Bild beim Regieren so wenig Nahekommen
10.Du sollsts die Gesellschaft nicht ändern, sondern der sich ändernden Gesellschaft kontur geben, sie moderieren, ihr helfen
11.So dunkel ist cler Wald, in dem dieser Tage so laut gepfiffen wird
12.Sehr bald wird offenkundig werden, dass die Linke weniger eine Westausdehnung der PDS war als eine Ostausdehnung Oskar lafontaines
13.Wenn Koalihonen zwieschen beiden Parteien weiterhin ausgeschlossen oder durch manöver der einen oder anderen Seite Verunmöglicht werden
14.Dann dűrften sich die meisten Wahlen der Nächsten Jahre nur darum drehen, ob es fur Schwarz-Gelb reicht oder fűr Scwarz-Grűn oder fur Scwarz-Gelb-Grűn
15.Die Lagerfluchtigen, untreuen Grűnen können auch nur dann unter Druck gesetzt werden
ANALISIS ARTIKEL 3 :
A. ZEITFORM
1. a. prasens -> singular (III)
b. prasens -> singular (III)
2. prasens -> plural
3. prasens -> singular (III)
4. prasens -> plural
5. prasens -> plural
6. a. prasens -> plural
b. prateritum -> plural
7. prasens -> singular (III)
8. prasens -> Wfrage
9. prasens -> singular (III)
10.prasens -> singular (II)
11.prasens -> singular (III)
12.futur -> singular (III)
13.futur -> plural
14. prateritum -> plural
15.prasens -> plural
B. MODI
1. a. passiv
b. aktiv
2. aktiv.
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.aktiv
11.passiv
12.aktiv
13.aktiv
14.aktiv
15.passiv
ARTIKEL 4 : SCHULER BRAUCHEN STARKE ELTERN FUR DEN ERFOLG
1. Wie können Lehrerund Eltern zusammenarbeiten?
2. Werner Sacher hält es fűr falsch, wenn Elternarbeit auf Kuchenbacken berschränkt wird
3. Solche Projekte werden aber selten von den Schulen selbst angeboten
4. Es soll Aufgabe der Lehrer werden, den Eltern fehlende Erziehungskompetenzen zu vermitteln
5. Dafűr műssen die Lehrer die Eltern aus der Resignation holen und stärken
6. Lehler műssen eltern in die Schule holen, sie anleiten, trainieren, zur Mitarbeit einladen, Lernhinweise geben und vieles mehr
7. Wichtig dabei sei, so Sacher, ein gerordneter, warmer Tagesblauf, die Eltern műssen intellektuelle Anregungen bereithalten und diese ohne Druck anbieten
8. Ich frage mich schon, was ich neben Korrektur, Unterricht und ausserschulischen Aktivitäten wie Skilager noch alles leisten soll.
9. Sie műssen sich mal das Ungenutzte Potenzial der Kinder vor Augen halten
10.Expertengruppen könnten ausserhalb der Schule den Lehrkräften helfen, Ihnen und entsprechende Entlastung anbieten
ANALISIS ARTIKEL 4 :
A. ZEITFORM
1. prasens -> plural
2. prasens -> singular (III)
3. a. futur -> plural
b. prasens -> plural
4. prasens -> singular (III)
5. prasens -> plural
6. prasens -> plural
7. prasens -> plural
8. prasens -> singular (I)
9. prasens -> plural
10.prateritum -> plural
B. MODI
1. aktiv
2. passiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.aktiv
ARTIKEL 5 : DIE WIEDERENTDECKUNG DER MUSSE
1. Nichtstun ist wertvoll. Doch wir haben es verlernt, weil wir nicht mehr aus dem immer schnelleren Alltag ausbrechen können
2. Vermutlich muss Descartes' Diktum >> cogito. ergo sum << in Wahrheit so űbersetzt werden : ich liege denked im Bett. also bin ich.
3. Wo soll im hektischen Wissenschaftsbetrieb dafűr noch die Zeit herkommen?
4. Ob unter Managern oder Polotikern, Selbständigen oder Angestellen űberall breitet sich das gefűhl aus, permanent unter Druck zu stehen, ständig an Quartalsbilanzen, Umfragewerten oder Produktionssteigerungen gemessen zu werden und sich keine Atempause gönnen zu dűrfen
5. Drastisch musste das zum Beispiel Miriam Meckel erfahren
6. Man liest darin etwa, dass täglich 171 Milliarden E-mails verschickt werden, von denen 71 Prozent Spam-Mails sind; oder dass Wissenschaftler vom Londoner King's college in einem eindrűcklichen versuch mit mehr als tausend Probanden das viel gepriesene Multitasking untersuchten : Dazu sollte die eine Hälfte der Versuchspersonen eine Aufgabe lösen und nebenher E-mails empfangen, die andere Gruppe bekam statt Mails Marihuana verarbreicht
7. Eine Rűckfall versicherung könnte auch die Ökonomie gebrauchen
8. Und dass wir von unseren hektischen Gewohnheiten nicht wirklich lassen wollen
9. Wer die Kunst des Műssiggangs erlernen will, tut gut daran, sich zunächst einmal mit all jenen Mechanismen auseinander zusetzen, die ihr entgegen stehen
10.Das erste Hindernis bersteht in jenem Glauben, den uns all die simplify your life-Ratgeber und Zeitmanager Suggerieren : dass es sich nämlich um ein individuelles Problem handele, das man durch eine entsprechende Verhaltensänderung ganz leicht lösen könne
11. Wervon lauter gehetzten Menschen umgeben ist, kann sich selbst davon nicht plötzlich ausnehmen und zum entspannten Mussigganger werden
12. Wie neurobiologische Experimente zeigen, braucht unser Gehirn offenbar immer wieder zeiten des Nichtstuns-nicht etwa zum Ausruhen, sondern um sich gesund sortieren zu können; ein gewisser Leerlauf im Kopf ist fűr unsere geistige Stabilitat gerade zuunabdingbar
13. in einer Leistungsgeselschaft, die das Wachsturm, den Konsum und die Persönliche Erlebnismaximierung feiert, wird das Nichtstun zu einem bitteren Genuss
14. Und wir sollten uns nicht mit der vorstellung qűalen, frűher sei alles besser gewesen : Műssiggang war schon immer die Ausnahme, nicht die Regel. Die grosse Masse schuftete meist von fruh bis spät, ein leibeigener Bauer kam selten dazu, die Seele baumeln zu lassen
15. Wer also űber die moderne Beschleunigungsgeselschaft klagt, sollte feierweise auch enerkennen, dass sie uns Mass an Whlstand beshert, das die wenigsten ernschaft missen möchten.
16. Das Abwägen verschiedener Alternativen kostet ernstens Zeit und zweitens Energie, und es bringt zu dem sogenannte Opportunitatskosten mit sich : Mit jeder Wahl muss man namlich zwangsläufig auf alle anderen Alternativen verzichten
17. Wer zwischen einer kaum zu uberschauenden Zahl von Fernsehkanalen oder Joghurtmarke wahlen muss, gewinnt nicht an Freiheit - wie die Werbung suggiert, sondern erhöt seinen Stresspegel
18. Wer sich gestresst fűhlt, bucht den Entspannungskurs, wer die Hausmusik vermisst, gönnt sich neue CDs, wer unter Zeitdruck leidet, kauft den Ratgeber zum Zeitmanagement-so, als ob man sich mit dem Buch oder der CD die Zeit zum entspannten Lesen oder Hören gleich mitkaufen könnte
19. Wem es gelingt, sich diese Form der Selbstbestimmung zu bewahren, der dűrfte am ehesten auch jene innere Ruhe finden, nac der wir uns alle so sehnen
20. >>Musse<<, so drűckt s die Österreichische Wissenschaftsforscherin Helga Nowotny aus, >> ist die Intensitat des Augenblicks, der sich zeitlich zu Stunden oder Tagen ausdehnen kann, um sich auf ein Einziges zu konzentrieren : Eigenzeit.
21. << Diese>> Eigenzeit<< kann vieles sein-ein intensives Gespräch ebenso wie Musikgenuss oder ein spannendes Arbeitsprojekt, sie kann apielerisch oder ernsthaft sein, zielorintiert oder suchend, aber sie wird immer characterisiert durch eine Eigenschaft, sagt Nowotny
22. Wer das versteht, kann erleben, dass sich die Musse unvermutet von hinten anschleicht und uns plotzlich űberrascht, wenn wir sie gar nicht suchen.
ANALISIS ARTIKEL 5 :
A. ZEITFORM :
1. prasens
2. prateritum
3. prasens
4. prasens
5. prateritum
6. a. prasens
b. prateritum
7. prasens
8. prasens
9. prasens
10.
11. prasens
12. prasens
13. prasens
14. prateritum
prasens
15. prateritum
prateritum
16. prasens
17. prasens
18. prateritum
19. prateritum
20. prasens
21. prasens
prasens
prasens
22. prasens
B. MODI
1. aktiv
2. aktiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. passiv
passiv
7. aktiv
8. aktiv
9. aktiv
10.
11. aktiv
12. aktiv
13. passiv
14. aktiv
aktiv
15. aktiv
aktiv
16. aktiv
17. aktiv
18. aktiv
19. aktiv
20. aktiv
21. aktiv
aktiv
passiv
22. aktiv
ARTIKEL 6 : WIE DER KAMPF GEGN DEN TERROR GEFUHRT WIRD
1. Einen Krieg will die US Regierung angeblich nicht Deutsche Politiker lehnen Militärschläge ab
2. Innenpolitisch möchte sie die Bűrger űberzeugen, dass sie vorbeugend gehandelt hat, um der Terrorgefahr aus dem Jemen zu begegnen
3. Aussenpolitisch muss sie Rűcksicht auf Jemens Präsidenten Ali Abdullah Saleh nehmen
4. Militärvertreter sagen, es gebe eine Liste mit zeilen im Jemen, falls es zu einem Anschlag mit US-Opfern kommen sollte, den das dortige Terrornetzwerk Al-Qaida geplant habe
5. Der Voersitzende des Auswärtigen Ausschusses des Bundestages, Ruprecht Polenz (CDU), will eine deutsche Beteiligung an einem internationalen Einsatz im Jemen nicht grundsätzlich ausschiessen
6. "Dann műsste sich auch Deutschland im Rahmen seiner Möglichkeiten einbringen"
7. Nur so könnten Terrorstrukturen im Land ausgetrocknet werden
8. Der Regierung und den Sicherheitskräften im Jemen wird kaum zugefarut, die vielen Konflikte im Land zu Lösen
9. Ausserdem seien gravierende Fehler gemacht worden
10. So seien salafistische Gruppierungen, also sunnitische Extremisten mit ideologischer Nähe zu Al-Qaida, gefördert worden, um ein Gegenwicht zu den Schiitischen Houthirebellen aufzubauen
11.Hierhin seien Zahlreiche Terroristen aus Saudi Arabien geflohen, als dort mit brachiarler Represiion auf Anschläge geantwortet wurde
ANALISIS ARTIKEL 6 :
A. ZEITFORM
1. prasens
2. prasens
3. prasens
4. prateritum
5. prasens
6.prateritum
7.prateritum
8. prasens
9. perfekt
10. perfekt
11.prateritum
12. perfekt
13.prateritum
14.prateritum
B. MODI
1. aktiv
2. aktiv
3. aktiv
4. aktiv
5. aktiv
6. aktiv
7. aktiv
8. passiv
9. passiv
10.passiv
11.passiv
dongeng-dongeng
LEGENDA ASAL USUL GUNUNG TANGKUBAN PERAHU
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.
Sumber: www.bapusda.com
DONGENG BATU MENANGIS
Darmi memandangi wajahnya lewat cermin yang tergantung di dinding kamarnya.
“Ah aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.”
Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. Darmi mengeluh dalam hati.
Darmi memang bukan anak orang kaya. Ibunya hanya seorang janda miskin. Untuk menghidupi mereka berdua, ibunya bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan. Mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan baju orang lain, apapun dia kerjakan untuk bisa memperoleh upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tidak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Bahkan dengan teganya dia memaksa ibunya untuk memberinya uang jika ada sesuatu yang ingin dibelinya.
“Ibu, ayo berikan uang padaku! Besok akan ada pesta di desa sebelah, aku harus pergi dengan memakai baju baru. Bajuku sudah usang semua,” katanya.
“Nak, kemarin kan kau baru beli baju baru. Pakailah yang itu saja. Lagipula uang ibu hanya cukup untuk makan kita dua hari. Nanti kalau kau pakai untuk membeli baju, kita tidak bisa makan nak!” kata ibunya mengiba.
“Alah itu kan urusan ibu buat cari uang lagi. Baju yang kemarin itu kan sudah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Nanti apa kata orang! Sudahlah ayo berikan uangnya sekarang!” kata Darmi dengan kasar.
Terpaksa sang ibu memberikan uang yang diminta anaknya itu. Dia memang sangat sayang pada anak semata wayangnya itu.
Begitulah, hari demi hari sang ibu semakin tua dan menderita. Sementara Darmi yang dikaruniai wajah yang cantik semakin boros. Kerjaannya hanya menghabiskan uang untuk membeli baju-baju bagus, alat-alat kosmetik yang mahal dan pergi ke pesta-pesta untuk memamerkan kecantikannya.
Suatu hari Darmi meminta ibunya untuk membelikannya bedak di pasar. Tapi ibunya tidak tahu bedak apa yang dimaksud.
“Sebaiknya kau ikut saja ibu ke pasar, jadi kau bisa memilih sendiri,” kata ibunya.
“Ih, aku malu berjalan bersama ibu. Apa kata orang nanti. Darmi yang jelita berjalan dengan seorang nenek yang kumuh,” katanya sambil mencibir.
“Ya sudah kalau kau malu berjalan bersamaku. Ibu akan berjalan di belakangmu,” ujar ibunya dengan sedih.
“Baiklah, ibu janji ya! Selama perjalanan ibu tidak boleh berjalan di sampingku dan tidak boleh berbicara padaku!” katanya.
Ibunya hanya memandang anaknya dengan sedih lalu mengiyakan.
Akhirnya mereka pun berjalan beriringan. Sangat ganjil kelihatannya. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal dan dibelakangnya ibunya yang sudah bungkuk memakai baju lusuh yang penuh tambalan. Di tengah jalan Darmi bertemu dengan teman-temannya dari desa tetangga yang menyapanya.
“Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka.
“Aku mau ke pasar,” jawab Darmi.
“Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu?” tanya mereka.
“Oh bukan! Bukan!. Mana mungkin ibuku sejelek itu. Dia itu cuma pembantuku,” sahut Darmi cepat-cepat.
Betapa hancur hati ibunya mendengar anak kesayangannya tidak mau mengakuinya sebagai ibunya sendiri. Namun ditahannya rasa dukanya di dalam hati.
Kejadian itu berulang terus menerus sepanjang perjalanan mereka. Semakin lama hati si ibu semakin hancur. Akhirnya dia tidak tahan lagi menahan kesedihannya. Sambil bercucuran air mata dia menegur anaknya.
“Wahai anakku sebegitu malunyakah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?”
Darmi menoleh dan berkata, “Hah aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu! Jelek, keriput dan lusuh! Ibu lebih pantas jadi pembantuku daripada jadi ibuku!”
Usai mengucapkan kata-kata kasar tersebut Darmi dengan angkuh kembali meneruskan langkahnya.
Ibunya Darmi sambil bercucuran air mata mengadukan dukanya kepada Tuhan. Wajahnya menengadah ke langit dan dari mulutnya keluarlah kutukan, “Oh Tuhanku! Hamba tidak sanggup lagi menahan rasa sedih di hatiku. Tolong hukumlah anak hamba yang durhaka. Berilah dia hukuman yang setimpal!”
Tiba-tiba langit berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi ketakutan dan hendak berlari ke arah ibunya. Namun dia merasa kakinya begitu berat. Ketika dia memandang ke bawah dilihatnya kakinya telah menjadi batu, lalu kini betisnya, pahanya dan terus naik ke atas. Darmi ketakutan, dia berteriak meminta pertolongan pada ibunya. Tapi ibunya hanya memandangnya dengan berderai air mata.
“Ibu, tolong Darmi bu! Maafkan Darmi. Aku menyesal telah melukai hati ibu. Maafkan aku bu! Tolong aku…” teriaknya. Ibu Darmi tidak tega melihat anaknya menjadi batu, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Nasi sudah menjadi bubur. Kutukan yang terucap tidak bisa ditarik kembali. Akhirnya dia hanya bisa memeluk anaknya yang masih memohon ampun dan menangis hingga akhirnya suaranya hilang dan seluruh tubuhnya menjadi batu.
Cerita Rakyat Kalimantan
SEJARAH KOTA PACITAN
Adapula yang berpendapat bahwa nama Pacitan berasal dari “ Pace ” mengkudu ( bentis : Jaka ) yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mengkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746 – 1755) yakni tatkala Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. Dalam suatu pertempuran ia kalah terpaksa melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah lesu. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kemudian menjadikan kekuatan Mangkubumi pulih kembali. Akan tetapi nampaknya nama pacitan yang menggambarkan kondisi daerah Pacitan yang minus itulah yang lebih kuat. Hal itu disebabkan pada masa pemerintahan Sultan Agung ( 1613 – 1645 ) nama tersebut telah muncul dalam babat Momana.
Nama-nama Bupati Pacitan :
1745-1750 : R.T.Notopoero
1750-1757 : R.T.Notopoero
1757- : R.T.Soerjonegoro I
1757-1812 : R.T.Setrowidjojo II
1812- : R.T.Setrowidjojo III
1812-1826 : M.T.Djogokarjo I
1826- : M.T.Djogokarjo II
1826-1850 : M.T.Djogokarjo III
1866-1879 : R.Adipati Martohadinegoro
1879-1906 : R.Adipati Harjo Tjokronegoro I
1906-1933 : R.Adipati Tjokroegoro II
1937-1942 : R.T.Soerjo Hadijokro
1943- : Soekardiman
1944-1945 : MR.Soesanto Tirtoprodjo
1945-1946 : R.Soetomo
1946-1948 : Soetomo
1948-1950 : Soebekti Poesponoto
1950-1956 : R.Anggris Joedoediprodjo
1956-1961 : R. Soekijoen Sastro Hadisewojo(bupati)
1957-1958 : R.Broto Miseno (Kepala Daerah Swantara II)
1958-1960 : Ali Moertadlo (Kepala Daerah)
1961-1964 : R.Katamsi Pringgodigdo
1969-1980 : R.Moch Koesnan
1985-1990 : H.Mochtar Abdul Kadir
1990- : H.Soedjito
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.
Sumber: www.bapusda.com
DONGENG BATU MENANGIS
Darmi memandangi wajahnya lewat cermin yang tergantung di dinding kamarnya.
“Ah aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.”
Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. Darmi mengeluh dalam hati.
Darmi memang bukan anak orang kaya. Ibunya hanya seorang janda miskin. Untuk menghidupi mereka berdua, ibunya bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan. Mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan baju orang lain, apapun dia kerjakan untuk bisa memperoleh upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tidak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Bahkan dengan teganya dia memaksa ibunya untuk memberinya uang jika ada sesuatu yang ingin dibelinya.
“Ibu, ayo berikan uang padaku! Besok akan ada pesta di desa sebelah, aku harus pergi dengan memakai baju baru. Bajuku sudah usang semua,” katanya.
“Nak, kemarin kan kau baru beli baju baru. Pakailah yang itu saja. Lagipula uang ibu hanya cukup untuk makan kita dua hari. Nanti kalau kau pakai untuk membeli baju, kita tidak bisa makan nak!” kata ibunya mengiba.
“Alah itu kan urusan ibu buat cari uang lagi. Baju yang kemarin itu kan sudah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Nanti apa kata orang! Sudahlah ayo berikan uangnya sekarang!” kata Darmi dengan kasar.
Terpaksa sang ibu memberikan uang yang diminta anaknya itu. Dia memang sangat sayang pada anak semata wayangnya itu.
Begitulah, hari demi hari sang ibu semakin tua dan menderita. Sementara Darmi yang dikaruniai wajah yang cantik semakin boros. Kerjaannya hanya menghabiskan uang untuk membeli baju-baju bagus, alat-alat kosmetik yang mahal dan pergi ke pesta-pesta untuk memamerkan kecantikannya.
Suatu hari Darmi meminta ibunya untuk membelikannya bedak di pasar. Tapi ibunya tidak tahu bedak apa yang dimaksud.
“Sebaiknya kau ikut saja ibu ke pasar, jadi kau bisa memilih sendiri,” kata ibunya.
“Ih, aku malu berjalan bersama ibu. Apa kata orang nanti. Darmi yang jelita berjalan dengan seorang nenek yang kumuh,” katanya sambil mencibir.
“Ya sudah kalau kau malu berjalan bersamaku. Ibu akan berjalan di belakangmu,” ujar ibunya dengan sedih.
“Baiklah, ibu janji ya! Selama perjalanan ibu tidak boleh berjalan di sampingku dan tidak boleh berbicara padaku!” katanya.
Ibunya hanya memandang anaknya dengan sedih lalu mengiyakan.
Akhirnya mereka pun berjalan beriringan. Sangat ganjil kelihatannya. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal dan dibelakangnya ibunya yang sudah bungkuk memakai baju lusuh yang penuh tambalan. Di tengah jalan Darmi bertemu dengan teman-temannya dari desa tetangga yang menyapanya.
“Hai Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka.
“Aku mau ke pasar,” jawab Darmi.
“Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu?” tanya mereka.
“Oh bukan! Bukan!. Mana mungkin ibuku sejelek itu. Dia itu cuma pembantuku,” sahut Darmi cepat-cepat.
Betapa hancur hati ibunya mendengar anak kesayangannya tidak mau mengakuinya sebagai ibunya sendiri. Namun ditahannya rasa dukanya di dalam hati.
Kejadian itu berulang terus menerus sepanjang perjalanan mereka. Semakin lama hati si ibu semakin hancur. Akhirnya dia tidak tahan lagi menahan kesedihannya. Sambil bercucuran air mata dia menegur anaknya.
“Wahai anakku sebegitu malunyakah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?”
Darmi menoleh dan berkata, “Hah aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu! Jelek, keriput dan lusuh! Ibu lebih pantas jadi pembantuku daripada jadi ibuku!”
Usai mengucapkan kata-kata kasar tersebut Darmi dengan angkuh kembali meneruskan langkahnya.
Ibunya Darmi sambil bercucuran air mata mengadukan dukanya kepada Tuhan. Wajahnya menengadah ke langit dan dari mulutnya keluarlah kutukan, “Oh Tuhanku! Hamba tidak sanggup lagi menahan rasa sedih di hatiku. Tolong hukumlah anak hamba yang durhaka. Berilah dia hukuman yang setimpal!”
Tiba-tiba langit berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi ketakutan dan hendak berlari ke arah ibunya. Namun dia merasa kakinya begitu berat. Ketika dia memandang ke bawah dilihatnya kakinya telah menjadi batu, lalu kini betisnya, pahanya dan terus naik ke atas. Darmi ketakutan, dia berteriak meminta pertolongan pada ibunya. Tapi ibunya hanya memandangnya dengan berderai air mata.
“Ibu, tolong Darmi bu! Maafkan Darmi. Aku menyesal telah melukai hati ibu. Maafkan aku bu! Tolong aku…” teriaknya. Ibu Darmi tidak tega melihat anaknya menjadi batu, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Nasi sudah menjadi bubur. Kutukan yang terucap tidak bisa ditarik kembali. Akhirnya dia hanya bisa memeluk anaknya yang masih memohon ampun dan menangis hingga akhirnya suaranya hilang dan seluruh tubuhnya menjadi batu.
Cerita Rakyat Kalimantan
SEJARAH KOTA PACITAN
Adapula yang berpendapat bahwa nama Pacitan berasal dari “ Pace ” mengkudu ( bentis : Jaka ) yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mengkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746 – 1755) yakni tatkala Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. Dalam suatu pertempuran ia kalah terpaksa melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah lesu. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kemudian menjadikan kekuatan Mangkubumi pulih kembali. Akan tetapi nampaknya nama pacitan yang menggambarkan kondisi daerah Pacitan yang minus itulah yang lebih kuat. Hal itu disebabkan pada masa pemerintahan Sultan Agung ( 1613 – 1645 ) nama tersebut telah muncul dalam babat Momana.
Nama-nama Bupati Pacitan :
1745-1750 : R.T.Notopoero
1750-1757 : R.T.Notopoero
1757- : R.T.Soerjonegoro I
1757-1812 : R.T.Setrowidjojo II
1812- : R.T.Setrowidjojo III
1812-1826 : M.T.Djogokarjo I
1826- : M.T.Djogokarjo II
1826-1850 : M.T.Djogokarjo III
1866-1879 : R.Adipati Martohadinegoro
1879-1906 : R.Adipati Harjo Tjokronegoro I
1906-1933 : R.Adipati Tjokroegoro II
1937-1942 : R.T.Soerjo Hadijokro
1943- : Soekardiman
1944-1945 : MR.Soesanto Tirtoprodjo
1945-1946 : R.Soetomo
1946-1948 : Soetomo
1948-1950 : Soebekti Poesponoto
1950-1956 : R.Anggris Joedoediprodjo
1956-1961 : R. Soekijoen Sastro Hadisewojo(bupati)
1957-1958 : R.Broto Miseno (Kepala Daerah Swantara II)
1958-1960 : Ali Moertadlo (Kepala Daerah)
1961-1964 : R.Katamsi Pringgodigdo
1969-1980 : R.Moch Koesnan
1985-1990 : H.Mochtar Abdul Kadir
1990- : H.Soedjito
Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal selam yang terdapat di Kota Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.
Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film , dimana di tampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika anda ingin mengunjungi tempat wisata ini anda juga akan di temani oleh seorang Guide local yang terdapat di sana
Kita tentu masih ingat dengan peristiwa bersejarah dalam rangka mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang terjadi di Irian Jaya, Operasi Trikora. Dalam operasi tersebut melibatkan sebuah kapal selam KRI Pasopati yang kini menjadi sebuah monumen bersejarah di Surabaya.
KRI Pasopati merupakan kapal tempur buatan Rusia tahun 1952. Kapal selam dengan Panjang 76.6 meter dan lebar 6.30 meter ini di lengkapi dengan torpedo steam gas sejumlah 12 buah.
Monumen kapal selam KRI Pasopati yang terletak di jalan Pemuda no 39 Surabaya ini merupakan salah satu tujuan wisata yang bisa kita pilih, khususnya bagi pelajar. Dengan adanya monumen kapal selam ini, meyakinkan bahwa Surabaya memang benar-benar pantas untuk di sebut sebagai kota pahlawan. Pasalnya haya ada dua dua di dunioa monument yang sejenis.
Kita dapat melihat semua kabin yang ada didalam kapal tersebut. Kita juga bisa melihat pemandangan kota Surabaya dengan sebuah periskop yang terletak didalam ruang komando. Didalam kapal tersebut, diruang videorasi tepatnya, kita juga bisa menyaksikan sebuah film dokumentasi yang berdurasi kurang leih 20 menit.
Monumen kapal selam ini sangat ramai dikunjungi oleh para pelajar pada saat hari libur. Pada hari-hari tertentu selain monumen kapal selam kita juga bisa menikmati fasilitas lainnya yang disediakan oleh pihak pengelola. Seperti perahu karet
Monumen Kapal Selam (Monkasel)
Monumen kapal selam (Monkasel) tak hanya pewarisan nilai sejarah. Monumen yang berdiri tegak di bantaran kalimas itu kini menjadi salah satu objek wisata andalan Jl Pemuda, Surabaya. Selain menambah objek wisata bernuansa bahari di jawa timur juga sebagai sarana pelestarian nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.
KRI Pasopati bernomor lambung 410, termasuk jenis SS type Whiskey Class dibuat di Vladi Wostok-Rusia tahun 1952. Kapal ini masuk ke jajaran TNI-AL mulai tanggal 29 januari 1962, dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping), mengadakan pengintaian dan melakukan silent raids.
Monkasel adalah replika KRI Pasopati 410 yang nonaktif dari TNI-AL pada 25 januari 1990. spesifikasi KRI Pasopati 410: panjang 76,6 m, lebar 6,30 m, kecepatan (18,3 knots di atas air, dan 13,5 knots di bawah air), berat penuh 1300 ton, berat kosong 1050 ton,jarak jelajah 8500 mil laut, bahan bakar solar, batere 224 buah, persenjataan torpedo steam gas 12 buah, panjang torpedo7 m, dengan peluncur torpedo 6 buah. Awak kapal 63 orang.
Pembangunan monkasel di mulai 1 juli 1995. saat bersamaan, eks KRI Pasopati 410 yang akan di monumenkan di potong menjadi 16 bagian. Ke-16 potongan itu di bawa ke lokasi dan di rakit ulang sehingga KRI Pasopati 410 kembali menjadi wujud semula di atas pondasi yang telah di siapkan sebelumnya. Monkasel di resmikan oleh KSALD Laksmana TNI arief khushariadi tanggal 27 juni 1998, dan di buka untuk umum mulai 15 juli 1998.
Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film , dimana di tampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika anda ingin mengunjungi tempat wisata ini anda juga akan di temani oleh seorang Guide local yang terdapat di sana
Kita tentu masih ingat dengan peristiwa bersejarah dalam rangka mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang terjadi di Irian Jaya, Operasi Trikora. Dalam operasi tersebut melibatkan sebuah kapal selam KRI Pasopati yang kini menjadi sebuah monumen bersejarah di Surabaya.
KRI Pasopati merupakan kapal tempur buatan Rusia tahun 1952. Kapal selam dengan Panjang 76.6 meter dan lebar 6.30 meter ini di lengkapi dengan torpedo steam gas sejumlah 12 buah.
Monumen kapal selam KRI Pasopati yang terletak di jalan Pemuda no 39 Surabaya ini merupakan salah satu tujuan wisata yang bisa kita pilih, khususnya bagi pelajar. Dengan adanya monumen kapal selam ini, meyakinkan bahwa Surabaya memang benar-benar pantas untuk di sebut sebagai kota pahlawan. Pasalnya haya ada dua dua di dunioa monument yang sejenis.
Kita dapat melihat semua kabin yang ada didalam kapal tersebut. Kita juga bisa melihat pemandangan kota Surabaya dengan sebuah periskop yang terletak didalam ruang komando. Didalam kapal tersebut, diruang videorasi tepatnya, kita juga bisa menyaksikan sebuah film dokumentasi yang berdurasi kurang leih 20 menit.
Monumen kapal selam ini sangat ramai dikunjungi oleh para pelajar pada saat hari libur. Pada hari-hari tertentu selain monumen kapal selam kita juga bisa menikmati fasilitas lainnya yang disediakan oleh pihak pengelola. Seperti perahu karet
Monumen Kapal Selam (Monkasel)
Monumen kapal selam (Monkasel) tak hanya pewarisan nilai sejarah. Monumen yang berdiri tegak di bantaran kalimas itu kini menjadi salah satu objek wisata andalan Jl Pemuda, Surabaya. Selain menambah objek wisata bernuansa bahari di jawa timur juga sebagai sarana pelestarian nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.
KRI Pasopati bernomor lambung 410, termasuk jenis SS type Whiskey Class dibuat di Vladi Wostok-Rusia tahun 1952. Kapal ini masuk ke jajaran TNI-AL mulai tanggal 29 januari 1962, dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping), mengadakan pengintaian dan melakukan silent raids.
Monkasel adalah replika KRI Pasopati 410 yang nonaktif dari TNI-AL pada 25 januari 1990. spesifikasi KRI Pasopati 410: panjang 76,6 m, lebar 6,30 m, kecepatan (18,3 knots di atas air, dan 13,5 knots di bawah air), berat penuh 1300 ton, berat kosong 1050 ton,jarak jelajah 8500 mil laut, bahan bakar solar, batere 224 buah, persenjataan torpedo steam gas 12 buah, panjang torpedo7 m, dengan peluncur torpedo 6 buah. Awak kapal 63 orang.
Pembangunan monkasel di mulai 1 juli 1995. saat bersamaan, eks KRI Pasopati 410 yang akan di monumenkan di potong menjadi 16 bagian. Ke-16 potongan itu di bawa ke lokasi dan di rakit ulang sehingga KRI Pasopati 410 kembali menjadi wujud semula di atas pondasi yang telah di siapkan sebelumnya. Monkasel di resmikan oleh KSALD Laksmana TNI arief khushariadi tanggal 27 juni 1998, dan di buka untuk umum mulai 15 juli 1998.
filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.[1] Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity 'ketertarikan'. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Klasifikasi filsafat
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.[1] Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity 'ketertarikan'. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Klasifikasi filsafat
ANALISIS CERPEN “MISS KONSELI”
OLEH
EKA SUSI .S.
SASTRA JERMAN’08 (082504003)
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik.
1. Tokoh dan Karakter Tokoh
Dari cerpen “miss konseli” ini ada beberapa tokoh,antara lain :
• Rima : perhatian dan sangat memahami murid-muridnya, bahkan ketika hari libur pun ia masih tetap ada untuk memahami muridnya. Sebagai seorang guru konseling, ia sangat memahami berbagai masalah dan kepribadian muridnya. Ia sampai mendapatkan julukan “miss konseli” dari murid-muridnya.
• Andrea : pintar dan tidak nakal di sekolah, hal ini diceritakan dalam cerpen bahwa Andrea ini adalah siswa yang pintar. Itu terbukti sejak umur 15 tahun, ia sudah mendapatkan SIM dan menjadi salah satu anggota tim olimpiade komputer. Dan menurut Rima sebagai guru konseling, Andrea tergolong murid yang tidak pernah punya masalah disekolahnya.
• Sarah : bertanggung jawab dan tegar. Hal ini diceritakan dalam cerpen bahwa Sarah merupakan tokoh yang bertanggung jawab karena ketika diketahui dia hamil dia tidak mau menggugurkan kandunganya, dia akan bertanggung jawab dengan tidak akan menggugurkan kandunganya. Ia merupakan tokoh yang tegar karena dia mampu menghadapi permasalahanya dengan mengambil keputusan cukup tegas dan berani mengambil resiko atas perbuatannya.
• Orang tua Sarah : pemarah, karena ketika dipanggil disekolah dan mengetahui anaknya yang hamil ia justru marah-marah seolah tidak mau mendengar alasan apapun bukan memberi motivasi dan semangat kepada Sarah.
• Papa Rima : gila harta, dalam cerita papa Rima merupakan orang yang cukup berada karena karena ia mampu menyekolahkan anaknya di sokolah internasional, namun ia kurang puas terhadap apa yang telah ia peroleh saat ini. Ia justru korupsi dan uang korupsinya itu di transfer ke rekeningnya Rima untuk menghilangkan jejak dan tidak diketahui oleh public.
2. Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.. Dari cerpen “miss konseli” ini,latar tempat yang digunakan adalah rumah Rima .Sedangkan latar waktu dalam cerpen ini adalah hari minggu sore .Latar sosial dalam cerpen ini adalah masalah kehamilan yang terjadi pada siswi SMA masih merupakan masalah yang diperdebatkan oleh khalayak ramai. Bahkan beberapa sekolah mengambil keputusan untuk mengeluarkan murid-muridnya jika diketahui hamil.
3. Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur dalam cerpen ini adalah alur campuran. Dimana cerita didalamnya kadang maju dan mundur pada beberapa bagian. Misalnya pada paragraph ke 3-7, Rima menceritakan pengalamannya dengan seorang muridnya yang hamil bernama Sarah.
4. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Sudut pandang dalam cerpen ini adalah di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"). Tokoh Aku disini yang diceritakan adalah Rima yang mendapatkan julukan miss konseli, hingga akhirnya menjadi bagian dari judul yaitu “Miss Konseli”
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia tidak baku(bahasa sehari-hari) dan bahasa komunikasi yang tidak mengandung majas.
6. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Cerpen ini bertema tentang kehidupan beserta masalah-masalahnya. Termasuk kehidupan remaja dan kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Dan amanat dari cerpen “miss konseli” ini,antara lain:
• Setiap orang hidup tak pernah lepas dari masalah,baik itu orang kaya maupun orang yang miskin.
• Tuhan selalu memberikan masalah sesuai dengan kemampuan umatnya.
• Jangan takabur jika menjadi orang kaya.
• Katika kita sidah berani untuk melakukan sesuatu maka kita juga harus berani untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat.
• Berfikirlah kedepan ketika akan melakukan sesuatu, termasuk akibat dari apa yang akan kita lakukan.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.
Unsur ekstrinsik dalam cerpen ini berhubungan dengan keadaan politik,social dan pendidikan. Itu tergambar jelas dalam penggalan-pengalan cerpen ini.
1. Keadaan politik,ini tergambar dari maraknya korupsi yang melanda bangsa Indonesia. Dan digambarkan oleh papa Andrea yang mendapatkan harta dengan cara yang tidak halal dan menyembunyikan harta tersebut di dalam rekening anaknya.
2. Keadaan sosial,ini tergambar dari keadaan siswa-siswi dan sekolah luar negeri itu sendiri. Dimana didalamnya dijelaskan bahwa semua siswa itu adalah anak-anak yang masih labil. Sehingga mereka selalu bermasalah meskipun mereka bersekolah di sekolah internasional yang selalu dibangga-banggakan oleh masyarakat Indonesia.
3. Keadaan pendidikan, ini tergambar dari adanya sekolah internasional yang notabene dipenuhi anak-anak pintar yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa. Dari munculnya sekolah-sekolah seperti itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang.
OLEH
EKA SUSI .S.
SASTRA JERMAN’08 (082504003)
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik.
1. Tokoh dan Karakter Tokoh
Dari cerpen “miss konseli” ini ada beberapa tokoh,antara lain :
• Rima : perhatian dan sangat memahami murid-muridnya, bahkan ketika hari libur pun ia masih tetap ada untuk memahami muridnya. Sebagai seorang guru konseling, ia sangat memahami berbagai masalah dan kepribadian muridnya. Ia sampai mendapatkan julukan “miss konseli” dari murid-muridnya.
• Andrea : pintar dan tidak nakal di sekolah, hal ini diceritakan dalam cerpen bahwa Andrea ini adalah siswa yang pintar. Itu terbukti sejak umur 15 tahun, ia sudah mendapatkan SIM dan menjadi salah satu anggota tim olimpiade komputer. Dan menurut Rima sebagai guru konseling, Andrea tergolong murid yang tidak pernah punya masalah disekolahnya.
• Sarah : bertanggung jawab dan tegar. Hal ini diceritakan dalam cerpen bahwa Sarah merupakan tokoh yang bertanggung jawab karena ketika diketahui dia hamil dia tidak mau menggugurkan kandunganya, dia akan bertanggung jawab dengan tidak akan menggugurkan kandunganya. Ia merupakan tokoh yang tegar karena dia mampu menghadapi permasalahanya dengan mengambil keputusan cukup tegas dan berani mengambil resiko atas perbuatannya.
• Orang tua Sarah : pemarah, karena ketika dipanggil disekolah dan mengetahui anaknya yang hamil ia justru marah-marah seolah tidak mau mendengar alasan apapun bukan memberi motivasi dan semangat kepada Sarah.
• Papa Rima : gila harta, dalam cerita papa Rima merupakan orang yang cukup berada karena karena ia mampu menyekolahkan anaknya di sokolah internasional, namun ia kurang puas terhadap apa yang telah ia peroleh saat ini. Ia justru korupsi dan uang korupsinya itu di transfer ke rekeningnya Rima untuk menghilangkan jejak dan tidak diketahui oleh public.
2. Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.. Dari cerpen “miss konseli” ini,latar tempat yang digunakan adalah rumah Rima .Sedangkan latar waktu dalam cerpen ini adalah hari minggu sore .Latar sosial dalam cerpen ini adalah masalah kehamilan yang terjadi pada siswi SMA masih merupakan masalah yang diperdebatkan oleh khalayak ramai. Bahkan beberapa sekolah mengambil keputusan untuk mengeluarkan murid-muridnya jika diketahui hamil.
3. Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur dalam cerpen ini adalah alur campuran. Dimana cerita didalamnya kadang maju dan mundur pada beberapa bagian. Misalnya pada paragraph ke 3-7, Rima menceritakan pengalamannya dengan seorang muridnya yang hamil bernama Sarah.
4. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Sudut pandang dalam cerpen ini adalah di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"). Tokoh Aku disini yang diceritakan adalah Rima yang mendapatkan julukan miss konseli, hingga akhirnya menjadi bagian dari judul yaitu “Miss Konseli”
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia tidak baku(bahasa sehari-hari) dan bahasa komunikasi yang tidak mengandung majas.
6. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Cerpen ini bertema tentang kehidupan beserta masalah-masalahnya. Termasuk kehidupan remaja dan kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Dan amanat dari cerpen “miss konseli” ini,antara lain:
• Setiap orang hidup tak pernah lepas dari masalah,baik itu orang kaya maupun orang yang miskin.
• Tuhan selalu memberikan masalah sesuai dengan kemampuan umatnya.
• Jangan takabur jika menjadi orang kaya.
• Katika kita sidah berani untuk melakukan sesuatu maka kita juga harus berani untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat.
• Berfikirlah kedepan ketika akan melakukan sesuatu, termasuk akibat dari apa yang akan kita lakukan.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.
Unsur ekstrinsik dalam cerpen ini berhubungan dengan keadaan politik,social dan pendidikan. Itu tergambar jelas dalam penggalan-pengalan cerpen ini.
1. Keadaan politik,ini tergambar dari maraknya korupsi yang melanda bangsa Indonesia. Dan digambarkan oleh papa Andrea yang mendapatkan harta dengan cara yang tidak halal dan menyembunyikan harta tersebut di dalam rekening anaknya.
2. Keadaan sosial,ini tergambar dari keadaan siswa-siswi dan sekolah luar negeri itu sendiri. Dimana didalamnya dijelaskan bahwa semua siswa itu adalah anak-anak yang masih labil. Sehingga mereka selalu bermasalah meskipun mereka bersekolah di sekolah internasional yang selalu dibangga-banggakan oleh masyarakat Indonesia.
3. Keadaan pendidikan, ini tergambar dari adanya sekolah internasional yang notabene dipenuhi anak-anak pintar yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa. Dari munculnya sekolah-sekolah seperti itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang.
Langganan:
Postingan (Atom)